Catatan Denny JA: Inilah Pentingnya Membuat Dokumentasi Sebuah Gerakan
- Penulis : Imron Fauzi
- Selasa, 17 Desember 2024 07:32 WIB
Narasi yang penuh kesedihan ini menggambarkan realitas kaum miskin kota, yang terpinggirkan di tengah gemerlap ibu kota.
Kematian Mawar menjadi simbol keputusasaan, tetapi juga keheningan yang mendalam tentang ketidakadilan sosial .
Juga puisi “Sanih, Kamu Tak Perawan!,” karya Jojo Rahardjo. Puisi ini mengangkat kisah tragis Sanih, seorang santri muda yang dinikahi secara siri oleh seorang bupati, hanya untuk diceraikan empat hari kemudian.
Baca Juga: Satrio Arismunandar pada Diskui Kreator Era AI: Artificial Intelligence Hasilkan Informasi Cepat
Alasannya, Sanih dianggap tidak perawan, sebuah stigma yang melukai harga dirinya. Melalui sudut pandang bupati, puisi ini menelanjangi kepicikan, kemunafikan, dan misogini dalam masyarakat patriarkal.
Kasus Sanih tidak hanya mencerminkan pengabaian hak perempuan, tetapi juga eksploitasi kekuasaan dan budaya yang mempermalukan korban .
Ketiga puisi ini menggugah emosi dan menawarkan refleksi mendalam tentang kemanusiaan, ketidakadilan, dan kekuatan bertahan dalam penderitaan.
Baca Juga: Oppo Find X8 dan Find X8 Pro Resmi Hadir di Indonesia, Usung Chipset Tangguh dan Kamera Hasselblad
-000-
Tapi empat serial buku ini tak hanya berisi puisi esai, melainkan juga berisi opini pakar soal puisi esai di buku ke empat.
Ini tiga contoh opini esai itu.
Baca Juga: Sri Mulyani Bahas Program Makan Bergizi Gratis dengan Gates Foundation untuk Atasi Stunting
Untuk isu “Puisi Esai sebagai Pembaruan Demokratisasi Sastra,” Agus R. Sarjono mengemukakan bahwa puisi esai membawa pembaruan signifikan dalam demokratisasi sastra Indonesia.