DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Negaraku Hilang, Kekasihku Sirna

image
Catatan Denny JA: Negaraku Hilang, Kekasihku Sirna. (Bisnisabc.com/Kiriman)

Dua burung berputar di atas mereka,  
seperti janji yang melayang di udara,  
dua kelopak bunga berpelukan, diam dalam makna.

Di Moskow,  
Asnawi belajar keras,  
tapi bahkan namanya berubah.  
Tak ada huruf “W” di sana.  
"W" menjadi "V",  
Asnawi menjadi Asnavi,  
seolah nasibnya ikut berubah bersama namanya.  

Nama yang lama hilang.
Dalam hati ia bertanya,  
"Apakah aku kehilangan diriku juga?"

Baca Juga: Samsat Ponorogo Layani Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Mulai 15 Juli 2024

Musim semi tiba.  
Di toko kecil di Arbat Street,  
Asnavi membeli dua cincin kecil,  
penanda janji yang selalu ia bawa dalam pikirannya.  

Setiap malam, wajah Nirmala menghiasi langit-langit kamarnya,  
cinta yang tak terjangkau,  
harapan yang tertambat pada sepotong logam.

Namun, takdir menulis kisah lain.  
Angin sejarah berputar liar,  
tahun 1965,  
Bung Karno jatuh,  
Indonesia terguncang,  
dan mereka yang belajar di negeri jauh dipanggil pulang,  
bukan untuk membangun, tapi untuk dihukum.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Merk Camera Mirrorless Terbaik di Penghujung Tahun 2024

Nama Asnawi masuk daftar hitam,  
pengkhianat, begitu mereka berkata.  

Jika pulang, penjara menanti,  
jika tak pulang, ia tanpa negara,  
tanpa tanah untuk berpijak,  
tanpa langit untuk menatap.

Hari-hari bergulir seperti salju yang tak pernah berhenti.  
Paspor hilang,  
negara lenyap,  
dan surat-surat dari Nirmala memudar.
Semua menjadi mimpi,
yang terhapus oleh fajar.

Baca Juga: Cegah Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Kebun Sawit, Pemkab Mukomuko Usulkan Pembangunan Irigasi di 20 Titik

Asnavi pindah ke Praha,  
kota asing yang ia paksa menjadi tempat bertahan,  
namun di hatinya, cinta untuk Nirmala masih menyala,  
tertahan dalam celah harapan,  
seperti api kecil yang melawan angin.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait