China Khawatir atas Rencana Perubahan Strategi Nuklir AS
- Penulis : Imron Fauzi
- Kamis, 22 Agustus 2024 10:42 WIB

"AS merupakan sumber utama ancaman nuklir dan risiko strategis di dunia. China meminta AS untuk memenuhi kewajiban pelucutan senjata nuklir dengan melakukan pemangkasan yang drastis dan substansial terhadap persenjataan nuklir, menghentikan penyebaran senjata nuklir serta perluasan aliansi nuklir, dan menghindari tindakan lain yang merusak perdamaian dan stabilitas global serta regional," kata Mao Ning.
Dokumen strategi nuklir AS yang diperbarui setiap empat tahun sangat rahasia, tidak tersedia dalam bentuk elektronik, dan hanya sedikit salinan cetak yang didistribusikan kepada pejabat keamanan nasional dan komandan Pentagon.
Intelijen AS memperkirakan China dapat meningkatkan jumlah hulu ledak nuklirnya dari 500 menjadi 1.000 pada tahun 2030, sedangkan Rusia saat ini memiliki sekitar 4.000 hulu ledak, yang memicu perubahan strategi nuklir AS.
Baca Juga: BKPM Terbitkan 10 Juta NIB Melalui OSS, Guna Mudahkan Pelaku Usaha dan Investor
Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) 2023 menyebutkan bahwa jumlah hulu ledak nuklir global meningkat menjadi 9.576 pada 2023 dari sebelumnya 9.440 pada 2022.
Sembilan negara yang memiliki hulu ledak nuklir adalah AS, Rusia, Inggris, Prancis, China, India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel.
Dari jumlah tersebut, 3.844 hulu ledak berada dalam posisi siap serang, sementara sisanya berstatus cadangan.
Baca Juga: Rajawali Nusindo dan Bapanas Gelar Pasar Murah di 379 Lokasi untuk Stabilkan Harga Pangan
Sekitar 90 persen dari senjata nuklir dunia dimiliki oleh AS dan Rusia, dua negara yang masih terikat dengan warisan Perang Dingin.
Negara-negara yang mengalami penambahan jumlah hulu ledak nuklir termasuk Rusia, China, India, Pakistan, dan Korea Utara.
China mengalami pertumbuhan pesat dengan jumlah hulu ledak meningkat dari 350 menjadi 410, dan diperkirakan dapat memiliki rudal balistik antarbenua (ICBM) yang setara dengan AS atau Rusia pada akhir dekade ini.
Meski AS, Inggris, Prancis, dan Israel tidak mencatatkan penambahan jumlah senjata nuklir, negara-negara tersebut diyakini sedang mengembangkan senjata nuklir dan akan menambah persediaan hulu ledaknya di masa depan.