Puisi Esai Denny JA: Kabarkan Kisah Bunga yang Dipanah
- Penulis : Imron Fauzi
- Jumat, 22 November 2024 07:41 WIB

Kita berbeda agama, bahasa, dan warna.
Tapi disatukan oleh satu nyala:
memberi kesaksian.
Menuliskan ketidakadilan
dalam puisi esai.
Menulis bunga yang dipanah dalam puisi esai.
Menulis anak rusa yang terluka
dalam puisi esai.
Karena kita belajar dari sejarah.
Suasana dapat berubah ketika ada yang menuliskannya.
Dunia bisa berbeda,
ketika ada yang memberi kesaksian.
Baca Juga: Perbedaan Vasektomi dan Kebiri: Prosedur dan Dampaknya pada Kesehatan Pria
Di ladang sepi,
kita ajak bunga yang dipanah agar berbicara.
Di balik tirai kekuasaan,
kita ajak sunyi agar berteriak.
Sastra adalah obor yang tak pernah padam.
Hari ini kita kembali berkumpul.
kita berjanji.
akan terus menulis
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah, Terimbas Pelemahan Bursa Asia dan Ketidakpastian Kebijakan Bank Sentral Jepang
Menyalakan kesaksian itu,
hingga dunia berubah
sekali lagi.
Jakarta 22 November 2024.***
CATATAN
Baca Juga: KAI Terbitkan Obligasi dan Sukuk Rp2 Triliun untuk Pengembangan Infrastruktur
(1) Buku Max Havelar ikut menggugah kolonial melahirkan politik etis, yang akhirya berujung pada kemerdekaan Indonesia