DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness

image
Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness. (ilustrasi)

Tulisan Seri Menghidupkan Sisi Spiritual Manusia (7)

BISNISABC.COM - “Di kedalaman jiwa, kebahagiaan adalah harmoni tanpa batas, ketika kita tak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi bagi sesuatu yang lebih besar dan abadi.”

Makna kebahagiaan bukanlah sekadar hasil dari pencapaian duniawi, tetapi hubungan yang mendalam dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita.

Baca Juga: Mantan wartawan terjun Kebinsin Kuliner jualan es dawet, dari cuma Rp20 ribu kini sehari bisa cuan Rp3 juta

Ketika jiwa kita terhubung dengan sesuatu yang lebih abadi, seperti nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan, lahirlah kedamaian yang tidak bisa ditakar dengan standar material. 

Suasana inilah yang menghubungkan kita pada kesejahteraan batin, dan dalam menjalani kehidupan modern yang penuh tekanan, keseimbangan ini semakin dirasakan penting.

Mengapa perusahaan teknologi besar seperti Google kini membuka kelas meditasi untuk karyawannya? Padahal, lingkungan kerja ini sering kali menuntut efisiensi tinggi.

Baca Juga: Sekda Katingan Instruksikan Jajaran Dinas Semakin Kreatif Gali Sumber PAD

Jawabannya terletak pada kesadaran akan dampak besar keseimbangan mental dan spiritual terhadap produktivitas serta inovasi.

Kelas mindfulness, seperti Search Inside Yourself, membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. 

Penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa pekerja yang terlibat dalam program mindfulness menunjukkan penurunan 32% dalam tingkat stres dan peningkatan 25% dalam kepuasan kerja.

Baca Juga: Bantal Kereta Cepat Whoosh Hilang, KCIC Imbau Penumpang Agar Tak Merusak Fasilitas

Karyawan yang mengikuti program ini melaporkan hubungan kerja yang lebih harmonis dan fokus yang lebih baik.

Di dunia teknologi yang sangat kompetitif, spiritualitas kini menjadi komponen penting. Ia memperkuat bukan hanya kesejahteraan pribadi tetapi juga performa profesional.

Harvard Business Review juga mencatat bahwa perusahaan yang menerapkan praktik mindfulness mencatat kenaikan produktivitas hingga 20%, serta penurunan absensi karyawan.

Baca Juga: GoPay Luncurkan Fitur Split Bill untuk Permudah Pembayaran Patungan

-000-

Spiritualitas: Penghubung Jiwa dengan Makna yang Lebih Besar

Spiritualitas adalah aliran tenang yang menembus hati. Ia membawa kita pada pencarian makna yang melampaui keberhasilan duniawi.

Baca Juga: Sriwijaya FC Kalahkan Persikabo 1973 dengan Skor 5-1: Chencho Jadi Bintang Pertandingan

Di tengah dunia yang sibuk, spiritualitas menuntun kita untuk berhenti, merenung, dan menghadapi ruang batin yang sunyi. Seperti Google yang menciptakan ruang batin di dunia teknologi, kita juga diajak untuk merenung. Hidup lebih dari sekadar pencapaian materi.

Penelitian dari Johns Hopkins Medicine menunjukkan bahwa meditasi reguler mengurangi gejala depresi sebesar 44% dan membantu individu mengembangkan perspektif yang lebih positif.

Hal ini memperlihatkan betapa praktik spiritual mampu mengubah cara pandang seseorang dalam menghadapi stres dan tantangan.

Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Jelang Pelantikan Presiden Terpilih

Menurut Pew Research Center, mereka yang memiliki hubungan spiritual yang dalam merasa hidup mereka lebih bermakna, bahkan dalam masa-masa sulit.

Penelitian dari Journal of Religion and Health juga menunjukkan bahwa spiritualitas berdampak positif pada kesehatan fisik, meningkatkan daya tahan tubuh dan memperpanjang usia.

Dalam praktik spiritual yang otentik, kita diajak untuk menemukan kedamaian dan kebijaksanaan dalam setiap tantangan. Ini bukan sekadar menenangkan diri, tetapi sebuah perjalanan untuk memandang hidup dengan perspektif yang lebih luas.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas Rekomendasikan Saham Bank Syariah Indonesia dengan Target Harga Rp3.500

Dunia spiritualitas itu bisa dihidupkan dari sisi esoteris agama apa saja, dan juga bisa dari luar agama. Sumber spiritualitas memang bukan di kitab suci satu agama saja, tapi berada di syaraf homo sapiens.

-000-

Kritik terhadap Spiritualitas: Jalan untuk Melarikan Diri?

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Selasa Pagi Merosot 59 Poin

Namun, spiritualitas bukan tanpa kritik. Bagi sebagian orang, praktik spiritual dianggap sebagai cara melarikan diri dari realitas atau mengabaikan kebutuhan nyata akan bantuan profesional.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 15% orang yang mengalami depresi klinis menunda mencari bantuan medis karena memilih terapi spiritual.

Kasus ini menunjukkan pentingnya pemahaman bahwa spiritualitas melengkapi, bukan menggantikan, tindakan medis nyata.

Baca Juga: Google Tingkatkan Kapasitas Gemini Live: Kini Dapat Berbicara dalam Bahasa Indonesia!

Sepanjang sejarah, terdapat kasus manipulasi ajaran spiritual untuk pengaruh dan kekuasaan. Dalam penelitian oleh National Institutes of Health, dicatat bahwa 23% penyintas manipulasi spiritual melaporkan trauma psikologis yang berkelanjutan akibat penggunaan ajaran spiritual untuk kontrol sosial.

Kritik ini mengingatkan bahwa spiritualitas sejati membawa kedamaian dan kebijaksanaan, bukan manipulasi.

Spiritualitas yang sejati membantu kita berdiri tegak di tengah dunia nyata. Ia menguatkan, bukan menggoyahkan langkah kita.

Baca Juga: Tanggapan Satrio Arismunandar pada Diskusi Kreator Era AI: Masa Depan Aplikasi AI di Indonesia Menjanjikan

-000-

Mahatma Gandhi: Kekuatan Spiritualitas dalam Menghadapi Penindasan

Mahatma Gandhi adalah contoh nyata kekuatan spiritualitas dalam menghadapi ketidakadilan.

Baca Juga: Setelah 1 Bulan Tayang, Film Home Sweet Loan Raih 1,7 Juta Penonton

Gandhi percaya bahwa spiritualitas tidak hanya membuat seseorang lebih baik secara moral, tetapi juga memberi kekuatan untuk melawan tanpa kekerasan.

Dengan menggabungkan prinsip spiritualitas dan non-kekerasan, Gandhi memimpin India menuju kemerdekaan. Bagi Gandhi, spiritualitas bukan hanya kedamaian batin, tetapi sebuah kekuatan yang mampu mengubah dunia.

Dari Gandhi, kita belajar bahwa kedamaian batin yang lahir dari spiritualitas bisa menciptakan perubahan nyata. Kedamaian itu bukan sekadar untuk diri sendiri, tetapi bagi dunia di sekeliling kita.

Baca Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Instruksikan Penerapan Efisiensi dan Inovasi untuk Transformasi Digital

-000-

Spiritualitas dalam Agama dan Filsafat: Jejaknya dalam Peradaban Manusia

Spiritualitas telah menjadi pusat ajaran agama dan filsafat selama ribuan tahun. Dalam Islam, ihsan—berbuat baik seolah-olah melihat Tuhan—adalah puncak dari spiritualitas.

Baca Juga: IKAHI Ungkap Keprihatinan atas Penetapan Tersangka Tiga Hakim Surabaya

Dalam agama Kristen, kasih dan pengampunan yang diajarkan oleh Yesus adalah bentuk tertinggi spiritualitas.

Buddhisme menekankan pencerahan melalui meditasi, sementara stoikisme mengajarkan penerimaan terhadap takdir sebagai kunci kedamaian batin.

Ajaran-ajaran ini menyatukan spiritualitas dan wellness, menciptakan jalan hidup yang lebih bermakna. Ketika kita merangkul kedamaian batin, tubuh dan pikiran kita menyusul dalam harmoni.

Spiritualitas, pada akhirnya, bukanlah perjalanan terpisah; ia adalah keseimbangan yang membawa kita pada kehidupan yang utuh.

-000-

Menyatu dengan Dunia dan Diri Sendiri

Seperti akar pohon yang merambat dalam, spiritualitas menanamkan kedamaian di hati, memberi fondasi kuat dalam menghadapi hidup.

Ia membawa kita melampaui pencapaian material, menuju hubungan yang lebih dalam dengan dunia, dengan sesama, dan dengan diri sendiri.

Ketika spiritualitas menyentuh hidup kita, kita tidak hanya menemukan diri yang lebih baik tetapi juga dunia yang lebih bermakna.

Dengan keseimbangan antara spiritualitas dan wellness, kita bisa menjalani hidup dengan kedamaian yang sejati—kedamaian yang membawa kebahagiaan, kesehatan, dan makna dalam setiap langkah kita.

Saat spiritualitas menyentuh hati, hidup terasa penuh makna, dan kita menemukan kebahagiaan dalam kehadiran yang tenang dan utuh.***

-000-

Referensi:

Harold G. Koenig, The Healing Power of Faith: Science Explores Medicine’s Last Great Frontier, Simon & Schuster, 1999.

Martin Seligman, Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-being, Free Press, 2011.

Pew Research Center, Religion and Public Life: Religious Landscape Study, Pew Research Center, 2014.

Berita Terkait