DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia

image
Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia (istimewa)

BISNISABC.COM - “Dalam politik, ada banyak hal yang lebih aneh daripada fiksi.” — Will Rogers

Kutipan ini menggambarkan bahwa dunia politik sering kali melampaui batas logika dan prediksi. 

Rivalitas yang tampaknya tidak dapat didamaikan, dapat berubah menjadi kolaborasi strategis. Lawan politik yang pernah keras beradu, bisa menjadi sekutu yang bekerja demi tujuan bersama. 

Baca Juga: Coronavirus and smoking: what does the WHO say?

Inilah yang terjadi dalam hubungan antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, dua figur yang mewarnai panggung politik Indonesia dalam dekade terakhir.

Hubungan politik Jokowi dan Prabowo, kompetisi dan kerjasamanya, menjadi drama yang akan selalu diingat dalam pentas politik Indonesia.

Pada Pilpres 2014 dan 2019, Jokowi dan Prabowo terlibat dalam persaingan ketat. Masyarakat pendukungnya terpecah belah dan politik terpolarisasi secara emosional.

Baca Juga: Pertemuan Zulhas dan Baznas, Diskusi Potensi Zakat dan Wakaf ke Ekonomi

Persabahatan di banyak komunitas bisa pecah karena polarisasi ini. Aneka WA Grup juga mengalami suasana permusuhan.

Persaingan mereka bukan hanya soal perbedaan visi politik, tetapi juga tentang dukungan yang sangat fanatik di masing-masing kubu. Kedua pemilu itu diwarnai dengan ketegangan, bahkan berujung pada sengketa di Mahkamah Konstitusi dan juga di jalanan.

Salah satu contoh kekerasan yang mencuat dari konflik antara pendukung Jokowi dan
Prabowo terjadi pada Pilpres
2019. 

Baca Juga: Resep Ayam Kemangi Pad Kra Pao Khas Thailand, Cocok untuk Hidangan Makan Malam

Saat itu, setelah
pengumuman hasil Pemilihan Presiden yang memenangkan Jokowi, terjadi kerusuhan di Jakarta pada tanggal 21-22
Mei 2019. 

Kerusuhan ini dipicu oleh ketidakpuasan
sebagian pendukung
Prabowo yang menuduh adanya kecurangan dalam proses pemilihan. 

Protes ini berujung pada bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan di berbagai titik di Jakarta, khususnya di kawasan Tanah Abang dan Slipi.

Baca Juga: Bantal Kereta Cepat Whoosh Hilang, KCIC Imbau Penumpang Agar Tak Merusak Fasilitas

Namun, di luar dugaan banyak pihak, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi setelah Pilpres 2019. Jokowi, sebagai pemenang, justru mengundang Prabowo untuk masuk ke dalam kabinetnya. 

Pada Oktober 2019, Prabowo dilantik sebagai Menteri Pertahanan. Langkah ini mengejutkan banyak pihak karena baru beberapa bulan sebelumnya, Prabowo merupakan lawan politik yang keras menantang kebijakan-kebijakan Jokowi. 

Namun, persaingan keras tersebut berubah menjadi kolaborasi yang solid di dalam pemerintahan.

Baca Juga: Bagaimana Cara Membangun Personal Branding? Begini Penjelasan dari Caroline Castrillon

-000-

Keputusan Jokowi mengajak Prabowo untuk bekerja sama dalam pemerintahan adalah contoh nyata dari konsep coopetition—gabungan dari competition dan cooperation. 

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Raymond Noorda, CEO Novell, pada 1980-an dalam konteks bisnis. 

Baca Juga: Deretan Gunung Tercantik Versi Fiersa Besari: Punya Pesona Alam dan Keindahan yang Menakjubkan

Coopetition menggambarkan situasi di mana dua pihak yang biasanya bersaing, memilih untuk bekerja sama demi kepentingan bersama.

Dalam dunia bisnis, salah satu contoh terkenal dari coopetition adalah hubungan antara Apple dan Samsung. Kedua perusahaan bersaing ketat di pasar smartphone global, tetapi mereka juga saling bekerja sama. 

Samsung adalah pemasok komponen penting, seperti layar OLED, untuk produk-produk Apple, meskipun di sisi lain mereka berkompetisi dalam penjualan produk akhir. 

Baca Juga: 5 Daftar HP Oppo yang Bakal Populer di Tahun 2025, Jadi Pilihan Terbaik Bagi Anak Muda!

Pola ini memungkinkan kedua perusahaan untuk terus tumbuh, meskipun berada dalam persaingan sengit.

Dalam konteks politik, coopetition menjadi strategi penting dalam menciptakan stabilitas dan pembangunan berkelanjutan. Persaingan politik tidak harus berakhir dengan permusuhan, tetapi bisa bertransformasi menjadi kerjasama demi kepentingan yang lebih besar, seperti yang terjadi antara Jokowi dan Prabowo. 

Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa politik dapat berfungsi sebagai arena di mana rivalitas digantikan oleh sinergi untuk mencapai tujuan bersama.

Baca Juga: LSI Denny JA Soroti Keberhasilan Kebijakan Ekonomi Selama 10 Tahun Pemerintahan Jokowi

-000-

Keunikan drama politik ini tidak berhenti pada kabinet Jokowi-Prabowo. Pada Pilpres 2024, Jokowi yang tidak lagi bisa mencalonkan diri, justru mendukung Prabowo sebagai calon presiden. 

Prabowo lalu  maju sebagai capres yang mendapat dukungan dari Jokowi, meskipun ia harus bersaing dengan capres yang diusung oleh PDI Perjuangan, partai asal Jokowi. 

Baca Juga: Orasi Denny JA: Menemukan Gagasan Besar di Setiap Zaman

Jokowi mengambil resiko berseberangan dengan partai yang pernah membesarkannya. Kerjasama politiknya dengan Prabowo di pilpres 2024 juga berujung pada kemenangan telak.

Ini menambah lapisan kompleksitas dalam politik Indonesia, di mana dua rival lama kini bersatu untuk menghadapi tantangan politik baru.

Dalam sejarah politik dunia, pola coopetition ini telah terjadi beberapa kali. Salah satu contoh terkenal adalah hubungan antara Abraham Lincoln dan William Seward di Amerika Serikat. 

Baca Juga: Inovasi dan Kenyamanan Chery Tiggo 8: SUV Terbaru yang Siap Menaklukkan Tantangan

Pada 1860, keduanya bersaing keras untuk mendapatkan nominasi Partai Republik. Namun, setelah Lincoln memenangkan pemilu dan menjadi presiden, ia menawarkan posisi Menteri Luar Negeri kepada Seward.

Pada akhirnya Seward menjadi salah satu sekutunya yang paling setia  bagi Lincoln dalam menghadapi tantangan Perang Saudara.

Contoh lainnya adalah hubungan antara Nelson Mandela dan F.W. de Klerk di Afrika Selatan. 

Baca Juga: Forum Kreator Era AI dan Denny JA Foundation Gelar Lomba Melukis Keindahan Alam 3 Pulau dengan Bantuan AI

Awalnya, mereka berada di sisi yang berseberangan. Mandela sebagai pemimpin gerakan anti-apartheid dan de Klerk sebagai presiden rezim apartheid.

Lalu mereka bekerja sama untuk mengakhiri apartheid. Kolaborasi ini tidak hanya membawa perubahan besar bagi Afrika Selatan, tetapi juga memberi keduanya Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1993.

-000-

Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 2,5 Meter di Perairan Maluku Utara

Kisah Jokowi dan Prabowo adalah salah satu babak paling menarik dalam sejarah politik Indonesia modern. Dari persaingan sengit dalam dua Pilpres hingga akhirnya bekerja sama dalam pemerintahan.

Mereka memberikan contoh bagaimana dinamika politik yang keras dapat berubah menjadi kolaborasi yang bermanfaat bagi bangsa. 

Bahkan, drama di Pilpres 2024, di mana Jokowi mendukung Prabowo melawan capres dari partainya sendiri, hanya menambah daya tarik dari narasi ini.

Baca Juga: Pemkab Rejang Lebong Dukung Pengembangan Pasar Kuliner Tradisional Pasar Arenan

Ini adalah contoh nyata bahwa politik tidak harus selalu tentang perseteruan permanen, tetapi dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar: kerjasama untuk kepentingan yang lebih luas. 

Kisah ini akan dikenang sebagai salah satu buah paling manis dari coopetition dalam sejarah politik Indonesia. Ia memberikan pelajaran penting bahwa kadang politik itu bisa lebih dari fiksi, melahirkan peristiwa yang tak terbayangkan.

Jakarta, 21 Oktober 2024.***

Baca Juga: Kenaikan Harga Pangan Hari Ini: Bawang Merah Capai Rp29.640 per Kg

CATATAN

(1) Coopetition adalah konsep yang perlu dipopulerkan di Indonesia. Walaupun berkompetisi, aneka pihak tetap bisa berkolaborasi. Ini tak hanya untuk bisnis, tapi bisa juga untuk politik.
 

Berita Terkait