Inspirasi Politik dari Mata Air Bung Karno dan Sjahrir: Pengantar dari Denny JA untuk Buku Puisi Esai Isti Nugroho
- Penulis : Imron Fauzi
- Kamis, 04 Juli 2024 09:27 WIB

Sosialisme Sjahrir adalah sosialisme yang humanis, yang menempatkan manusia dan hak-hak mereka di pusat perhatian. Ia menolak komunisme yang otoriter dan totaliter, yang menurutnya bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan.
Sosialisme humanis Sjahrir menekankan pada pentingnya pendidikan, kebebasan berpikir, dan pembangunan ekonomi yang merata.
Sjahrir sangat berhati-hati terhadap pengaruh komunisme di Indonesia. Ia mengkritik kedekatan Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan melihatnya sebagai ancaman terhadap demokrasi. Sjahrir percaya sosialisme harus dicapai melalui cara-cara yang damai dan demokratis, bukan melalui revolusi kekerasan atau dominasi satu partai.
Baca Juga: Spesifikasi Samsung Galaxy S24 Ultra, Smartphone dengan Segudang Fitur Canggih
-000-
Bung Karno dan Bung Sjahrir yang akhirnya berbeda dan berhadapan frontal secara politik bersatu kembali dalam puisi esai Isti Nugroho.
Isti sebagai aktivis melakukan sejenis sinkretisme. Dari Bung Karno, ia ambil komitmen pada kaum marhaen, wong cilik yang perlu memperoleh kemandirian ekonomi.
Baca Juga: Optimalkan Rest Area Puncak, Pemkab Bogor Integrasikan dengan Wisata Gunung Mas
Dari Bung Sjahrir, Isti mengambil komitmen kepada demokrasi, hak asasi, dan pengaturan negara dengan manajemen modern.
Dalam puisi, Isti menggambarkan dirinya mandi dan bermain di dua sungai. Yang satu sungai yang dijaga Pak Marhaen (Bung Karno). Satu lagi sungai yang dijaga Pak Sosialis (Bung Sjahrir).
Puisi esai berjudul “Berkisar di antara Soekarno dan Sjahrir” hanyalah satu dari 48 puisi esai lain.
Baca Juga: Tumbangkan Laos dengan Skor 6-1, Timnas Indonesia U16 Maju ke Semifinal
Sebagaimana yang menjadi standar puisi esai, 48 puisi esai yang ia tulis adalah kisah faktual yang diperkaya dengan fiksi. Puisi itu diekspresikan dengan bahasa mudah tapi puitis.