BI Bali Waspadai Risiko Inflasi Awal Tahun 2025 akibat Peningkatan Permintaan dan Kenaikan Harga
- Penulis : Imron Fauzi
- Sabtu, 04 Januari 2025 06:04 WIB
BISNISABC.COM - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali memperingatkan potensi risiko inflasi pada awal tahun 2025 yang dipicu oleh peningkatan permintaan menjelang libur panjang akhir Januari.
"Kami terus memperkuat sinergi dan inovasi dengan seluruh kabupaten/kota untuk memastikan pengendalian inflasi yang berkelanjutan," ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, di Denpasar pada Jumat.
Selain lonjakan permintaan, risiko inflasi juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas hortikultura akibat berakhirnya musim panen dan cuaca yang kurang mendukung.
Baca Juga: Perbedaan Vasektomi dan Kebiri: Prosedur dan Dampaknya pada Kesehatan Pria
Tren kenaikan harga emas perhiasan seiring harga global, serta kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) yang berdampak pada harga minyak goreng, juga menjadi perhatian karena berpotensi mendorong inflasi lebih lanjut.
Namun demikian, beberapa faktor dapat memperlambat laju inflasi, seperti perluasan areal tanam padi di Bali, peningkatan pasokan beras, dan kebijakan diskon tarif listrik.
Erwin menambahkan, pengendalian inflasi dilakukan melalui strategi 4K, yaitu memastikan keterjangkauan harga melalui pasar murah, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif untuk mengantisipasi risiko inflasi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, inflasi pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,31 persen, lebih rendah dibandingkan November yang mencapai 0,50 persen.
Inflasi Desember dipicu oleh kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sawi hijau, yang terjadi akibat berakhirnya masa panen dan cuaca buruk yang mengganggu produksi.
Di sisi lain, inflasi tertahan oleh penurunan harga tiket pesawat hingga 10 persen pada periode Natal dan Tahun Baru, serta penurunan harga daging babi, daging ayam ras, kangkung, dan beras.
Baca Juga: Kementerian Keuangan Tegaskan PPN Transaksi QRIS Ditanggung Pedagang, Bukan Konsumen
Sepanjang 2024, inflasi di Bali mencapai 2,34 persen, terutama disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2023 yang tercatat sebesar 2,77 persen.