Kejatuhan Rezim Assad Bawa Perubahan Ekonomi Signifikan di Suriah
- Penulis : Imron Fauzi
- Kamis, 26 Desember 2024 06:00 WIB

BISNISABC.COM - Kejatuhan rezim Assad pada 8 Desember membawa angin segar bagi warga dan perekonomian Suriah.
Pergantian kekuasaan ini tidak hanya mengakhiri kekuasaan militer, polisi, dan mafia yang menindas, tetapi juga menandai dimulainya era baru dalam perekonomian, seperti yang diungkapkan oleh masyarakat Suriah.
Di bawah pemerintahan baru, berbagai pembatasan ketat terhadap perdagangan mata uang yang sebelumnya bisa berujung pada hukuman penjara hingga tujuh tahun, kini telah dicabut bersama dengan denda-denda besar.
Baca Juga: ADB Dukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Indonesia untuk Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi
Selain itu, peraturan mengenai ekspor dan impor dipermudah, dan upah pegawai negeri pun mengalami peningkatan hingga 300 persen, menurut keterangan dari pihak pemerintah.
Bank-bank kembali beroperasi, dan antrean panjang di ATM Damaskus menjadi pemandangan umum.
Harga barang-barang pokok seperti tepung, gula, dan bahan bakar mulai mengalami penurunan.
Baca Juga: 5 Rekomendasi HP Oppo untuk Gaming dengan RAM di Atas 8 GB, 2025 Wajib Punya!
Di masa pemerintahan Assad, tentara yang hanya memperoleh gaji sekitar 35 dolar AS (sekitar 570.000 IDR) per bulan diketahui bertindak sebagai aparat mafia, memeras uang dari warga dan pelaku usaha.
Para pejabat tinggi di bawah rezim sebelumnya juga mengendalikan distribusi bahan pokok, sehingga harga barang-barang ini melonjak akibat praktik suap dan skema pasar gelap.
"Sejak 8 Desember, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat," ungkap Wisam Bakdash, manajer generasi ketiga dari Bakdash Ice Cream yang terkenal di Al-Hamidiyah Souq, pasar ikonik Suriah.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG: Jakarta Berawan hingga Hujan Ringan Sepanjang Minggu
Menurut Bakdash, meskipun warga sebelumnya merasa takut untuk berbelanja, kini mereka lebih berani karena ada rasa aman secara ekonomi.