Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence
- Penulis : Imron Fauzi
- Rabu, 18 Desember 2024 07:00 WIB
Tulisan Seri Menghidupkan Sisi Spiritual Manusia (13)
BISNISABC.COM - “Ajaran agama kini seperti sungai-sungai yang saling bertemu di delta teknologi. Kita dihadapkan pada satu pilihan: tetap tersekat di tepian, atau berenang menuju samudra esensi yang tak lagi mengenal batas.”
Kutipan ini adalah cermin zaman. Di era Artificial Intelligence (AI), ajaran-ajaran spiritual yang dahulu terfragmentasi oleh tradisi, budaya, dan geografi kini mengalir bebas melalui teknologi.
Baca Juga: Bebas dari Unsur Politisasi, Kejaksaan Agung Pastikan Penetapan Tom Lembong sebagai Tersangka
Delta itu adalah ruang baru yang mendekatkan kita pada kebenaran universal, yang lebih tua dari kitab suci dan lebih murni dari dogma.
Namun, samudra ini juga adalah ujian: apakah kita tetap berpegang pada tepian sempit keyakinan eksklusif, atau berani menyelam ke kedalaman spiritualitas yang tak mengenal batas?
Teknologi adalah penggerak revolusi ini. Dengan satu klik, kitab dari berbagai agama dapat kita baca, ajaran para nabi dapat kita dengar, dan doa-doa lintas keyakinan dapat kita hayati.
Baca Juga: Tips Merawat Pakaian dan Tampil Stylish di Musim Hujan Menurut Dewi Utari
Sekat-sekat yang dulu memisahkan kini menjadi transparan. Dalam kebebasan ini, spiritualitas tidak lagi tentang klaim kebenaran absolut, melainkan tentang pencarian esensi – prinsip kasih, harmoni, dan kebijaksanaan yang sama di setiap tradisi.
-000-
Spiritualitas di era ini menunjukkan beberapa kecenderungan baru. Hadir 4200 agama dan kepercayaan yang ada di dunia.
Baca Juga: IHSG Melemah di Sesi Penutupan, Dipengaruhi Ketegangan Geopolitik dan Kebijakan Bank Sentral
Ini sebuah bukti bahwa manusia, sejak awal keberadaannya, tak pernah berhenti mencari makna hidup. Beragamnya jalan menuju kebenaran adalah pengingat bahwa kebenaran itu sendiri tidak pernah tunggal.