Namun Denny meyakini bahwa semesta selalu menyediakan keajaiban. Seperti setiap benih yang memerlukan musimnya untuk tumbuh, niat itu tidak langsung terwujud.

Sekitar lebih sepuluh tahun lalu, Denny mendirikan yayasan. Tetapi tetap ia belum tahu bentuk derma apa yang bisa ia beri. Sumber dananya juga masih samar.

Hingga Januari 2024, dalam keheningan malam yang penuh refleksi, Denny menemukan jawaban: passion-nya dalam dunia penulisan adalah jalan yang diberikan semesta.

Baca Juga: Kemenag Pekalongan Fasilitasi 300 UMKM Miliki Sertifikat Halal Gratis

Dana abadi untuk penghargaan ini berasal dari kepemilikan saham Denny JA Foundation di berbagai usaha yang ia kelola.

Melalui mekanisme ini, yayasan memiliki dana yang cukup untuk mendanai penghargaan tahunan bagi penulis, festival puisi esai, dan kegiatan literasi lainnya. Denny terus mengupayakan bahwa visi ini akan terus hidup selama puluhan tahun ke depan.

Denny memberi contoh tentang efek Hadiah Nobel Sastra bagi dunia penulis. Ketika seorang penulis menerima Nobel, ia menjadi simbol universal. Itu suara lokal yang diangkat ke panggung dunia.

Baca Juga: Meski Utamakan Penyerapan Beras Lokal, Bulog Tetap Lakukan Impor

Efeknya menjangkau jauh, membuka pintu untuk karya-karya dari budaya yang sering kali terpinggirkan. Ia juga mengilhami generasi baru untuk menulis. Ia juga mengingatkan kita akan kekuatan sastra dalam memahami kemanusiaan.

Denny mengambil spirit itu dan melakukan hal yang jauh, jauh, jauh lebih kecil, tentu saja.

Penghargaan untuk penulis ini bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi sebuah pesan. Menulis adalah pekerjaan sunyi yang potensial mencerahkan lingkungan. Penghargaan ini menjadi salah satu pupuk untuk ikut menumbuhkan tradisi menulis.

Baca Juga: Jota Tampil Memukau sebagai Penyerang Tengah, Liverpool Menang 2-0 atas Ipswich Town

Ujar Denny JA: “Kekayaan sejati bukanlah apa yang kita kumpulkan untuk diri sendiri, tetapi apa yang kita tinggalkan untuk lingkungan.