DECEMBER 9, 2022
News

Satrio Arismunandar sebut Kecerdasan Buatan dalam Proses Belajar-mengajar di Sekolah Memang Menjanjikan

image
Satrio Arismunandar (Bisnisabc.com/kiriman)

BISNISABC.COM –  Satrio Arismunandar, Sekjen SATUPENA mengatakan pemanfaatan AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan dalam proses belajar-mengajar di sekolah memang menjanjikan, tetapi juga menghadirkan beberapa tantangan, antara lain kesenjangan keterampilan.

Hal itu dikatakan Satrio Arismunandar saat menanggapi tema diskusi Pemanfaatan AI dalam Proses Belajar-Mengajar di Sekolah.

Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 7 November 2024 itu diadakan oleh Kreator Era AI berkolaborasi dengan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA. 

Baca Juga: Google Tingkatkan Kapasitas Gemini Live: Kini Dapat Berbicara dalam Bahasa Indonesia!

Diskusi Pemanfaatan AI dalam Proses Belajar-Mengajar di Sekolah yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber Dr. Wijaya Kusuma, M.Pd., guru dan Blogger Indonesia.

Diskusi itu akan dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Mila Muzakkar.

Satrio mengungkapkan, banyak guru dan staf pendidikan mungkin belum familiar dengan teknologi AI atau tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengintegrasikannya ke dalam proses pengajaran. 

Baca Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Instruksikan Penerapan Efisiensi dan Inovasi untuk Transformasi Digital

“Maka pelatihan yang intensif dan berkelanjutan dibutuhkan agar mereka dapat memanfaatkan AI secara efektif,” ujarnya.

Tantangan lain, kata Satrio, adalah keterbatasan infrastruktur teknologi. Tidak semua sekolah memiliki infrastruktur teknologi yang memadai untuk menerapkan AI. 

“Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih menghadapi keterbatasan akses internet, perangkat keras, dan software yang diperlukan untuk menjalankan sistem AI,” tutur Satrio.

Baca Juga: KJRI Kuching Mendampingi Pemulangan WNI Marlia, Korban TPPO Setelah 17 Tahun Tak Digaji

Satrio mengakui, meskipun AI dapat mengotomatisasi banyak tugas, biaya awal untuk mengimplementasikannya cukup tinggi. 

“Pengembangan, instalasi, dan pemeliharaan sistem AI membutuhkan anggaran yang besar, yang sering kali tidak tersedia di sekolah-sekolah dengan dana terbatas,” sambungnya.

Selain itu, jelas Satrio, ada kekhawatiran atas ketergantungan pada teknologi. Penggunaan AI dalam pengajaran dapat membuat siswa dan guru terlalu bergantung pada teknologi.

Baca Juga: Xiaomi 15 Resmi Rilis: Ponsel Pintar dengan Chipset Snapdragon 8 Elite dan Baterai 5400 mAh

“Hal ini berpotensi mengurangi pengembangan keterampilan interpersonal, kreativitas, dan pemikiran kritis siswa,” lanjutnya.

Menurut Satrio, banyak pendidik dan orang tua mungkin merasa skeptis terhadap peran AI dalam pendidikan. Ini bisa disebabkan oleh ketidakpahaman atau kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan peran manusia sebagai guru. 

“Dukungan komunitas dan perubahan mindset diperlukan agar teknologi ini dapat diterima luas,” tegasnya.

Baca Juga: Rekomendasi Nutrisi Sehat untuk Penderita Stroke oleh Dr. Priyanka Ganesha Utami

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, ujar Satrio, diperlukan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, pihak sekolah, pengembang teknologi, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, aman, dan efektif dengan bantuan AI.***

Berita Terkait