Sumbar Alami Deflasi pada Juli 2024, BI Sebut Makanan hingga Tembakau Jadi Faktor Utama
- Penulis : Imron Fauzi
- Sabtu, 03 Agustus 2024 20:07 WIB
BISNISABC.COM - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) melaporkan bahwa pada Juli 2024 mengalami deflasi di provinsi tersebut.
Menurut BI, penyebab utama terjadinya deflasi di Sumbar disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Secara umum, kabupaten dan kota di Sumbar mengalami deflasi pada Juli 2024. Deflasi ini terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau," kata Kepala BI Perwakilan Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram.
Baca Juga: Samsat Ponorogo Layani Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Mulai 15 Juli 2024
"Menyusut sebesar -3,34 persen, dengan kontribusi deflasi sebesar -1,14 persen secara bulanan (month to month)," imbuhnya, seperti dikutip dari Antara pada 3 Agustus 2024.
Komoditas utama yang berperan dalam deflasi di kelompok tersebut meliputi cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras, yang masing-masing memberikan kontribusi deflasi sebesar -0,71 persen, -0,28 persen, dan -0,05 persen (mtm).
Penurunan harga beberapa komoditas pangan ini dipengaruhi oleh peningkatan pasokan baik dari dalam maupun luar Sumbar. Selain itu, pembukaan jalan nasional yang menghubungkan Padang dan Bukittinggi melalui Padang Panjang telah memperlancar distribusi dan menurunkan biaya logistik.
Baca Juga: Di Tengah Protes Disertai Kekerasan, Bangladesh Berlakukan Jam Malam
Selain makanan, minuman, dan tembakau, kelompok transportasi juga berkontribusi terhadap deflasi di Ranah Minang dengan penurunan sebesar -0,08 persen dan kontribusi -0,01 persen. Di kelompok ini, tarif angkutan udara menjadi komoditas dominan yang memberikan andil deflasi sebesar -0,02 persen.
Sebaliknya, kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 1,03 persen dengan kontribusi inflasi sebesar 0,05 persen. Komoditas yang menyumbang inflasi di sektor pendidikan termasuk sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan bimbingan belajar dengan kontribusi masing-masing sebesar 0,02 persen, 0,02 persen, dan 0,01 persen (mtm).
"Biaya pendidikan meningkat seiring dengan tahun ajaran baru," jelas Abdul Majid.
Baca Juga: BPP Hipmi Sebut Ekosistem UMKM yang Baik Dapat Keluarkan Indonesia dari Middle Income Trap
Ia mencatat bahwa semua kabupaten dan kota yang menghitung indikator inflasi mengalami deflasi, dengan Kabupaten Pasaman Barat mencatat deflasi tertinggi sebesar 1,74 persen. Kota Padang mengikuti dengan deflasi sebesar -0,87 persen. Kabupaten Dharmasraya juga mencatat deflasi sebesar -1,52 persen dibandingkan dengan inflasi 0,56 persen pada Juni 2024. Terakhir, Kota Bukittinggi mencatat deflasi sebesar -0,60 persen.
"Deflasi ini terutama disebabkan oleh berbagai komoditas pangan dan tarif angkutan udara," kata Abdul Majid.***