Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai
- Senin, 13 Januari 2025 19:26 WIB
Aneka puisi yang dikutip di atas memiliki kesamaan tema: eksploitasi tambang bukan hanya merusak alam, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial dan moral masyarakat.
Mengapa Puisi Penting dalam Isu Tambang? Puisi tidak hanya menjadi medium estetika, tetapi juga alat kritik sosial yang efektif.
Kata-kata puitis memiliki kemampuan menggugah hati, memaksa pembaca untuk merenung, dan menciptakan empati yang mendalam terhadap korban eksploitasi tambang.
Baca Juga: Kementerian Keuangan Tegaskan PPN Transaksi QRIS Ditanggung Pedagang, Bukan Konsumen
Dalam setiap metafora dan simbol, terkandung harapan bahwa perubahan masih mungkin terjadi jika masyarakat mulai melawan.
Puisi-puisi ini menjadi bukti bahwa seni memiliki kekuatan untuk melawan ketidakadilan. Mereka adalah pengingat bahwa tanah, gunung, dan sungai bukanlah sekadar sumber daya, tetapi bagian dari kehidupan yang harus dijaga.
Kita, sebagai pembaca, diajak untuk merenungkan: apakah kita cukup peduli terhadap mereka yang kehilangan segalanya demi keuntungan segelintir orang?
Baca Juga: 5 Rekomendasi HP Oppo 5G yang Punya Spesifikasi Gahar dan Cocok Buat Gaming
Tapi harus juga dikatakan. Di era modern, pertambangan bukan lagi sekadar eksploitasi sumber daya alam, melainkan bagian dari solusi keberlanjutan global.
Industri tambang telah bertransformasi, mengadopsi teknologi hijau dan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Banyak perusahaan tambang kini berkomitmen mengurangi emisi karbon, mereklamasi lahan pasca-tambang, dan melibatkan komunitas lokal dalam pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: Oppo Reno13 Series Segera Rilis: Inovasi Desain dan Teknologi Terbaru di Awal 2025
Sebagai contoh, banyak tambang kini menjadi pemain kunci dalam transisi global menuju energi terbarukan. Bahan baku ini esensial untuk baterai kendaraan listrik, yang berkontribusi pada pengurangan emisi global.