Catatan Denny JA: Perempuan Itu Belajar di Bawah Cahaya Kunang-kunang
- Penulis : Imron Fauzi
- Kamis, 03 Oktober 2024 14:12 WIB

BISNISABC.COM - Di tahun 1960-an, Sartika dikirim sekolah ke Bulgaria. Prahara politik di dekade itu mengubah hidupnya.
-000-
Malam di Vietnam, 1963.
Suara ledakan menghantam langit,
tanah di bawah kaki Sartika dipenuhi darah hangat.
Arus sungai tumpah dari tubuh tak bernyawa.
Baca Juga: Subway mengatakan sedang atur strategi untuk bisnisnya
Wajahnya memucat,
bertanya dalam diam—siapa pemilik darah ini?
Di antara pohon-pohon yang bisu,
ia melihat revolusi tak lagi berwujud kata,
tapi luka yang tak terhindarkan,
Peluru.
Bom.
Dinamit.
Darah.
Sartika duduk,
botol kecil berisi kunang-kunang di tangannya,
cahaya mereka bergetar,
melawan kegelapan malam yang menelan segala.
Baca Juga: Perusahaan Sawit Maktour mengundang perkebunan terkenal untuk menghasilkan tanaman berkualitas
Di bawah nyala kunang- kunang,
ia membuka buku tentang revolusi,
namun kata-kata di sana mengalir menjadi sungai yang terpecah,
menggulung janji-janji yang kini terasa tak nyata.
Bagi Sartika,
revolusi kini bukan lagi mimpi di atas kertas,
itu adalah bara di nadi,
menghanguskan ketakutan,
memercikkan api keberanian di setiap langkah.
Agustus 1965.
Sartika kembali ke Jakarta,
revolusi makin berdenyut di dada.
Baca Juga: Museum Topeng Cirebon Resmi Dibuka Gratis untuk Umum! Ini Keunikan yang Ditawarkan
Indonesia bersinar,
Pagi, Bung Karno adalah matahari.
Malam, Bung Karno bintang di langit.
Api Sartika mengambil bagian,