BISNISABC.COM - Rahma Sofiana, Media Campaigner Greenpeace Indonesia bersama Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA akan mendiskusikan tentang benarkah Islam peduli lingkungan.
Diskusi SATUPENA yang bertajuk obrolan Hatipena #157 ini membahas tentang benarkah Islam peduli lingkungan.

Diskusi tentang benarkah Islam peduli lingkungan itu akan berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 16 Januari 2025, pukul 19.00-21.00 WIB dan  akan dipandu oleh Anick HT dan Mila Muzakkar.

Panitia diskusi menyatakan, ada asumsi bahwa agama-agama besar dunia tidak terlalu peduli terhadap kerusakan alam yang sudah sangat parah dewasa ini.

Baca Juga: ADB Dukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Indonesia untuk Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi

Jikapun ada, respons agama-agama yang muncul sekadar narasi normatif tanpa aksi dan dampak yang nyata.

Katolik tampak lebih konkret dengan terbitnya Ensiklik Laodato Si oleh Paus Fransiskus, yang diteruskan menjadi gerakan gereja-gereja Katolik seluruh dunia untuk menjaga bumi dan lingkungan.

Sedangkan tentang Islam, sebuah riset penting baru-baru ini dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta. Riset ini memotret apa yang disebutnya sebagai Gerakan Green Islam di Indonesia.

Baca Juga: Kemenkeu Beberkan Rincian Barang dan Jasa Premium yang Kena PPN 12 Persen

Riset ini menghadirkan pemetaan penting respons komunitas muslim terhadap perubahan lingkungan, mulai dari organisasi-organisasi besar Islam, hingga komunitas-komunitas kecil yang melakukan aksi nyata berbasis keislaman.

Riset ini juga membagi perkembangan Gerakan Green Islam menjadi tiga periode: pertama, ketika MUI merumuskan Fatwa tentang Kependudukan, Kesehatan, dan Pembangunan pada Oktober 1983. 

Kedua, adalah periode pasca-tsunami Aceh 2004, di mana gerakan mitigasi risiko bencana dan bantuan pasca-bencana mendorong perkembangan gerakan Islam lebih dekat pada isu lingkungan.

Baca Juga: Nonton Scandal Season 3 Eps 1 dan 2: Kisah Menegangkan Polisi Wanita dalam Misi Rahasia

Yang terakhir adalah fase ecological turn, yang ditandai Islamic Declaration on Global Climate Change (Deklarasi Islam tentang Perubahan Iklim Global) di Istanbul, Turki, dan Paris Agreement pada tahun 2015.