DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Di Balik Buku Demokrasi dengan Rekor Terbanyak 221 Penulis

image
Ilustrasi (Istimewa)

Polarisasi dalam organisasi dianggap merusak tujuan utama: mendukung literasi dan kreativitas. Mundur adalah cara mereka menjaga integritas, menghindari konflik yang tidak relevan dengan visi awal organisasi, dan fokus pada karya pribadi mereka.

Ketiga sikap ini mencerminkan ketegangan antara idealisme, pragmatisme, dan independensi yang sering muncul dalam komunitas intelektual. 

Masing-masing memiliki argumen yang valid, memperlihatkan keragaman cara berpikir di dunia literasi dan aktivisme.

Baca Juga: Zulkifli Hasan Sebut Indonesia Berkomitmen Hentikan Impor Beras, Jagung, Gula, dan Garam

-000-

Namun, buku ini tidak memihak. Ia menjadi rumah bagi semua suara. Seperti demokrasi yang ideal, buku ini menerima keberagaman pendapat, menjadikannya kekuatan, bukan kelemahan.

Dengan genre yang beragam—esai yang tajam, cerpen yang menggugah, puisi yang melankolis, dan puisi esai yang reflektif—buku ini adalah potret utuh dari gejolak pemilu dan pilkada 2024.

Baca Juga: OJK Selesaikan 131 Perkara di Sektor Jasa Keuangan per November 2024

Dalam buku ini ada tulisan yang kontra Jokowi dan pro Jokowi. Semua pandangan ditampung.

Esai berjudul: “Demokrasi Indonesia yang Carut-Marut: Sebuah Refleksi Kritis.”
Penulisnya Ade Solihat

Esai ini mengkritik kondisi demokrasi di Indonesia yang dianggap mengalami distorsi selama kepemimpinan Jokowi. 

Baca Juga: Datuk Jasni Matlani Sebut Puisi Esai Sudah Goes International dan Bagian dari High Culture

Argumen utamanya adalah demokrasi di Indonesia cenderung kehilangan esensinya karena korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi politik. 

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait