DECEMBER 9, 2022
News

Satrio Arismunandar pada Diskusi SATUPENA: Cerita Anak Butuh Karakter yang Menginspirasi

image
(Bisnisabc.com/Kiriman)

BISNISABC.COM –  Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar mengatakan dalam menulis cerita anak, butuh karakter yang menginspirasi. Anak-anak menyukai karakter yang mirip dengan mereka atau karakter yang penuh sifat yang mereka kagumi, seperti keberanian atau rasa ingin tahu.

Hal itu dikatakan Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi tentang cara mengemas imajinasi menjadi cerita anak. Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 14 November 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA. 

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber Dian Kristiani, penulis 300 buku anak. Diskusi itu akan dipandu oleh Anick HT dan Amelia Fitriani.

Baca Juga: Denny JA: Universalization of the Religious Message

Satrio mengungkapkan, menulis cerita untuk anak-anak memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan menulis untuk pembaca dewasa. 

“Bahasa dan gaya penulisan harus sederhana dan jelas. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak sesuai dengan usia mereka. Hindari kalimat panjang dan kosakata yang terlalu kompleks,” ujarnya.

Satrio menekankan pentingnya penggunaan imajinasi. “Anak-anak menyukai hal-hal yang memicu imajinasi, seperti deskripsi yang kaya tentang dunia magis atau karakter hewan yang berperilaku seperti manusia,” tuturnya.

Baca Juga: PT Sumatraco Berikan Penghargaan Karyawan Berprestasi dalam Peringatan 17 Agustus

“Tema dan pesan moralnya harus relevan dengan dunia anak. Tema harus dekat dengan kehidupan sehari-hari anak atau hal-hal yang menarik bagi mereka, seperti persahabatan, keberanian, atau kebaikan hati,” ungkap Satrio.

Menurut Satrio, cerita anak sering mengandung pesan moral, tetapi ini sebaiknya disampaikan dengan cara yang alami dan tidak terasa menggurui.

“Anak-anak cenderung lebih menyukai plot yang mudah dipahami, dengan alur yang runtut dan konflik yang jelas, serta resolusi atau penyelesaian masalah yang memuaskan,” sambungnya.

Baca Juga: Menkomdigi Meutya Hafid Instruksikan Penerapan Efisiensi dan Inovasi untuk Transformasi Digital

Satrio menjelaskan, anak-anak memiliki rentang perhatian yang lebih pendek, sehingga cerita untuk anak biasanya lebih singkat dan langsung ke inti masalah.

“Struktur cerita anak juga harus jelas. Sebuah cerita dengan awal, tengah, dan akhir yang terstruktur akan membantu anak-anak mengikuti alur cerita dengan mudah,” kata mantan cerpenis cerita remaja ini.

Satrio menambahkan perbedaan utama menulis cerita anak dengan menulis untuk dewasa. Cerita untuk dewasa melakukan pendalaman psikologis, sering menggali lebih dalam sisi emosi karakter. 

Baca Juga: Diskusi Kreator Era AI, Wijaya Kusumah Sebut Kecerdasan Buatan Dapat Mendukung Siswa Belajar

Sedangkan untuk anak, kata Satrio, ceritanya lebih langsung tanpa terlalu banyak nuansa kompleks. Dalam cerita anak, topik diperkenalkan secara lebih sederhana dan sering kali dipadukan dengan elemen fantasi.***

Sumber: Antara

Berita Terkait