Tanggapan Satrio Arismunandar pada Diskusi Kreator Era AI: Masa Depan Aplikasi AI di Indonesia Menjanjikan
- Penulis : Imron Fauzi
- Kamis, 24 Oktober 2024 19:07 WIB
BISNISABC.COM – Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar sebut masa depan aplikasi AI (Artificial Intelligence) di Indonesia tampak menjanjikan, dengan adopsi yang semakin luas di berbagai sektor seperti pemerintahan, bisnis, pendidikan, dan kesehatan.
Hal itu dikatakan oleh Satrio Arismunandar saat menanggapi tema diskusi Masa Depan AI di Indonesia.
Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 24 Oktober 2024 itu diadakan oleh Kreator Era AI berkolaborasi dengan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Baca Juga: Jota Tampil Memukau sebagai Penyerang Tengah, Liverpool Menang 2-0 atas Ipswich Town
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber Wisnu Nugroho, Managing Editor InfoKomputer. Diskusi itu akan dipandu oleh Jonminofri Nazir dan Anick HT.
Satrio mengungkapkan, meski tampak menjanjikan, perkembangan AI di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Satrio, tantangan pertama adalah ketersediaan data dan infrastruktur teknologi. Aplikasi AI memerlukan data dalam jumlah besar dan berkualitas, namun masalah terkait akses data dan keamanan masih menjadi kendala di Indonesia.
Baca Juga: Sriwijaya FC Kalahkan Persikabo 1973 dengan Skor 5-1: Chencho Jadi Bintang Pertandingan
“Selain itu, infrastruktur komputasi awan (cloud computing) dan internet belum merata di seluruh wilayah,” ujarnya.
Komputasi awan yang dimaksud Satrio adalah layanan yang memungkinkan pengguna mengakses dan menggunakan sumber daya komputasi (seperti server, penyimpanan data, aplikasi, dan jaringan) melalui internet, tanpa perlu memiliki atau mengelola infrastruktur fisik secara langsung.
Dengan kata lain, teknologi ini memungkinkan data dan aplikasi disimpan serta dijalankan di server jarak jauh (cloud), bukan di komputer lokal atau server internal perusahaan.
Baca Juga: Perum Bulog NTT Gelar Pasar Murah di Desa Oinlasi
Selain itu, ungkap Satrio, keterbatasan tenaga ahli dalam pengembangan dan penerapan AI menjadi salah satu tantangan besar. Perlu peningkatan literasi teknologi dan pelatihan keterampilan AI bagi masyarakat dan tenaga kerja lokal.
“Ditambah lagi, regulasi yang jelas tentang privasi data, keamanan siber, dan penggunaan AI secara etis masih dalam tahap pengembangan,” tutur Satrio.
“Regulasi yang terlalu ketat atau ambigu bisa memperlambat inovasi, sementara aturan yang longgar bisa menimbulkan risiko sosial,” lanjutnya.
Baca Juga: Inovasi dan Kenyamanan Chery Tiggo 8: SUV Terbaru yang Siap Menaklukkan Tantangan
Hal lain yang disorot Satrio adalah ketimpangan akses teknologi. Daerah-daerah terpencil masih menghadapi tantangan akses teknologi dan internet yang memadai. Hal ini dapat memperlambat pemerataan manfaat AI di seluruh negeri.
Dalam kaitan itu, Satrio mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang telah meluncurkan inisiatif seperti Making Indonesia 4.0 dan berbagai program transformasi digital.***