Sekjen Satupena Sebut Mungkin AI Sulit Pahami Konteks dan Emosi Dalam Mengubah Puisi Menjadi Lagu
- Penulis : Imron Fauzi
- Kamis, 11 Juli 2024 14:39 WIB
BISNISABC.COM – Kecerdasan buatan atau AI dianggap masih sulit nemahami konteks yang mendalam dan ekspresi emosi, dalam mengubah puisi menjadi lagu.
Hal itu disampaikan oleh Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar saat menanggapi diskusi bertema Ketika Kata dan Nada Berjumpa.
Diskusi ini dilaksanakan secara daring di Jakarta, Kamis malam, 11 Juli 2024 oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Baca Juga: Profil Sadiq Akasya, CEO baru Bio Farma senilai Rp 8,4 miliar
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan narasumber Nia Samsihono, Ketua Satupena DKI Jakarta. Diskusi itu dipandu oleh Amelia Fitriani dan Swary Utami Dewi.
Satrio Arismunandar menuturkan, mengubah puisi menjadi lagu menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah proses yang kompleks dan melibatkan beberapa tantangan.
“Puisi sering kali memiliki makna yang mendalam dan kontekstual, yang bisa sulit untuk dipahami oleh AI. Memahami konteks budaya, sejarah, dan personal yang mendasari puisi merupakan tantangan besar,” ungkap Satrio.
Baca Juga: Pengadaan Barang dan Jasa 90% Akan Wajib Pakai Produk Lokal
“Selain itu, puisi sering mengandung nuansa emosional yang kompleks. AI mungkin kesulitan dalam menangkap dan mengekspresikan emosi yang tepat dalam melodi dan aransemen musik,” lanjutnya.
Ditambahkan Satrio, puisi dapat memiliki berbagai macam struktur dan ritme yang unik. Menyesuaikan melodi dan musik agar sesuai dengan struktur yang tidak standar bisa menjadi sulit bagi AI.
Menurut Satrio, mengubah puisi menjadi lagu melibatkan integrasi multimodal, yang terdiri dari pemrosesan multimodal dan koherensi antarmodal.
Baca Juga: Agro Wisata PPG: Surga Tersembunyi di Jember dengan Sungai Jernih dan Pemandangan Asri
“Mengintegrasikan teks, suara, dan musik dalam satu kesatuan yang harmonis memerlukan kemampuan pemrosesan multimodal yang canggih,” ujarnya.
“Sedangkan, koherensi antarmodal berarti memastikan bahwa semua elemen --lirik, melodi, aransemen-- bekerja sama secara koheren dan mendukung satu sama lain untuk menciptakan pengalaman musikal yang utuh,” tambah Satrio.
Satrio menjelaskan, setidaknya ada empat teknologi yang terlibat dalam mengubah puisi menjadi lagu. Pertama, Natural Language Processing (NLP), untuk memahami dan menganalisis teks puisi.
Kedua, Machine Learning, untuk mempelajari pola dari dataset musik dan puisi. Ketiga, Deep Learning, menggunakan model jaringan saraf dalam menghasilkan melodi dan suara vokal.
Kempat, Text-to-Speech (TTS) dan Speech Synthesis. Ini adalah teknologi yang memungkinkan AI untuk menyanyikan teks.
“Dengan kemajuan teknologi AI, transformasi puisi menjadi lagu menjadi lebih mudah dan lebih kreatif, memungkinkan kolaborasi antara manusia dan mesin dalam menciptakan karya seni yang unik,” tegas Satrio.***