Hadir pada Diskusi Satupena, Okky Madasari Sebut Penulis Harus Meramu Imajinasi dan Realita
- Penulis : Imron Fauzi
- Jumat, 28 Juni 2024 07:03 WIB
BISNISABC.COM – Okky Madasari menjadi narasumber dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, yang diadakan oleh SATUPENA yang diketuai Denny JA.
Pada diskusi daring yang dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi itu, Okky Madasari menyebut Karya fiksi bisa terinspirasi dari kejadian nyata, tetapi itu saja tak cukup. Penulis harus mampu meramu imajinasi dan realita.
Dalam diskusi bertema Menulis yang Berdampak itu, Okky Madasari memaparkan, novel karyanya sering terinspirasi dari kejadian nyata. Misalnya, novel yang menyangkut kondisi zaman Orde Baru.
Baca Juga: Hadirkan Sastrawan Okky Madasari, Satupena Akan Berdiskusi tentang Menulis yang Berdampak
“Tetapi semata-mata mengulang apa yang ada di kejadian nyata saja tidak akan cukup untuk menjadikan sebuah fiksi yang kuat, apalagi berdampak,” tegasnya dalam diskusi Kamis malam, 27 Juni 2024.
“Ketika saya menulis novel tentang diskriminasi dan persekusi terhadap orang Ahmadiyah, saya datang ke transito dan tempat pengungsian mereka di Lombok. Saya ngobrol dengan mereka,” lanjut Okky.
“Tetapi saya juga meramu dengan imajinasi saya. Ini yang harus betul-betul kita pahami,” ujarnya.
Baca Juga: Mobil Tangki Terbakar di Tol Jawa Timur, Pertamina Sebut Pendistribusian BBM Tak Terganggu
Okky juga menyinggung tetralogi “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Walau novel itu dibilang sebagai novel sejarah atau isinya dibilang banyak mengandung fakta, bagi Okky, fiksi adalah tetap fiksi.
“Pramoedya membangun sosok yang begitu kuat dan berdampak dalam figur Nyai Ontosoroh dan Minke. Keduanya itu ‘kan rekaan Pramoedya,” jelas sosiolog ini.
“Walaupun kita bisa bilang Minke itu terinspirasi dari sosok Tirto Adhi Soerjo, kita tidak bisa meyakini bahwa itu hanya sekadar meng-copy atau mencatatkan apa yang dialami Tirto Adhi Soerjo,” kata Okky.
Baca Juga: DKP Tangerang Distribusikan 329.715 Bibit Cabai Gratis Kepada Warga
“Imajinasi Pramoedya dalam meramu dan melahirkan sosok Minke membuat tetralogi Bumi Manusia itu novel yang dipercaya dan meyakinkan pembaca, dan akhirnya berdampak,” sambung Okky.
“Jadi jelas bahwa kalau menulis fiksi, kita harus punya kemampuan meramu imajinasi dan realita, dan membaurkannya dengan kemampuan kita membangun semesta fiksi,” kata Okky.
Pada awal diskusi, Okky menjabarkan secara umum ada tiga genre tulisan. Yaitu: fiksi (cerpen, novel, puisi); laporan, berita, feature; dan opini. Yang dicari pembaca dari masing-masing genre ini berbeda-beda.
Baca Juga: Kondisi IPH Minus, Pemkab Kulon Progo Pastikan Tak Terjadi Inflasi pada Juni 2024
Fiksi adalah cerita yang bersumber dari rekaan penulis. “Yang dicari pembaca dari fiksi adalah pengalaman, merasakan apa yang dialami karakter, terlibat secara emosi, terbangun empati, dan terinspirasi,” tuturnya. *
Pembangunan rest area ini tidak dilakukan sendiri oleh Pemkab Bogor, melainkan dilakukan secara kolaborasi bersama Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).
Antara lain pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana rest area oleh Kemen PUPR melalui Ditjen Cipta Karya, kemudian pelaksanaan pembangunan jalan lingkar pada kawasan rest area oleh Kemen PUPR melalui Ditjen Bina Marga. Sementara Pemkab Bogor pembangunan kiosnya.***