Khairul Jasmi Sebut AI Hanya Alat Bantu, Bukan untuk Menuangkan Isi Pikiran Jurnalis
- Penulis : Imron Fauzi
- Jumat, 22 November 2024 15:41 WIB
BISNISABC.COM – Jurnalis dan penulis Khairul Jasmi menyatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam dunia jurnalistik, tetapi tidak untuk menuangkan isi pikiran.
Pernyataan tersebut disampaikan Khairul Jasmi saat menjadi narasumber dalam diskusi daring bertema Pemanfaatan AI Dalam Dunia Jurnalistik, yang berlangsung pada Kamis malam, 21 November 2024, di Jakarta.
Diskusi ini diselenggarakan oleh Kreator Era AI bekerja sama dengan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai oleh penulis senior Denny JA. Acara tersebut dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Mila Muzakkar.
Baca Juga: Blu by BCA Digital Bekerja sama dengan MRT Perluas BaaS, Untuk Permudah Nasabah
Khairul Jasmi, yang juga menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Harian Singgalang serta anggota Forum Pemred, menekankan bahwa bagi mereka yang memilih karier sebagai jurnalis atau penulis, sebaiknya menghindari ketergantungan pada AI dalam menghasilkan karya tulis.
Khairul yang juga penguji UKW (uji kompetensi wartawan) mengakui, “AI perlu sebagai mesin pencari informasi, asal Anda tahu apa yang dicari.”
Khairul bahkan dengan tegas menyatakan, “Jika bahan yang akan ditulis diserahkan pada AI, sebenarnya hari itu Anda sudah berhenti jadi wartawan.”
Khairul tampak sangat hati-hati dalam memberi peran informasi pada AI. “Jika membiasakan salin tempel (copy paste), saat itu Anda sudah berhenti jadi wartawan yang sesungguhnya,” ujarnya.
Menurut Khairul, jurnalis boleh mengambil informasi dari AI, tetapi informasi itu harus diolah lagi. “Jurnalis harus bertolak dari terminal fakta, data, dan angka. Jangan mengarang,” ucapnya.
Berdasarkan pengalamannya, Khairul mengungkapkan, bahasa seorang jurnalis harus kuat dan hal itu menjadi ciri khasnya.
Baca Juga: Diskusi Kreator Era AI, Wijaya Kusumah Sebut Kecerdasan Buatan Dapat Mendukung Siswa Belajar
“Bagaimana mungkin AI bisa melakukan hal ini? Sebab tiap individu itu unik. Ciri khas seseorang itu pada gilirannya menjadi ciri khas medianya, dan bahkan jadi brand media tersebut,” lanjut Khairul.
Khairul menjelaskan, ciri khas penulisan itu terbentuk dari karakter individu. Karakter terbentuk karena proses berpikir. Proses berpikir dipengaruhi kebudayaan, sedangkan kebudayaan terbentuk karena bahasa.
“Bahasa tulis jurnalis itu ibarat pedang di tangan pesilat, menyatu, tidak memberatkan. Bahasa adalah kawan setia wartawan,” tutur Khairul.***