DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Stereotip Gender yang Masih Nempel di Masyarakat, Ini Dampaknya!

image
Kita sering terjebak dalam stereotip gender yang mengharuskan mereka mematuhi ekspektasi tertentu, membatasi mereka untuk mengekspresikan jati diri secara bebas. (Pixabay.com/Willfried Wende)

BISNISABC.COM - Meski dunia udah semakin maju, ternyata stereotip gender masih eksis di sekitar kita.

Tidak cuma mempengaruhi orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja yang lagi dalam proses mencari jati diri.

Sayangnya, hal ini sering tak disadari karena udah dianggap ‘biasa’.

Baca Juga: Realme Luncurkan 13 Pro Series 5G di Indonesia: Inovasi Fotografi dengan Kecerdasan Buatan

Stereotip ini bukan cuma membentuk cara pandang kita terhadap orang lain, tapi juga diri sendiri.

Misalnya aja, cewek dianggap harus lemah lembut dan cowok dibilang tak boleh nangis.

Padahal, sifat-sifat ini tidak harus dilihat berdasarkan gender, kan?

Baca Juga: PUPR Berupaya Tingkatkan Kualitas Hidup Melalui Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Lagasa di Muna

Nah, stereotip seperti ini ternyata punya dampak serius, apalagi buat remaja yang lagi bingung dengan identitas diri mereka.

Stereotip Gender yang Masih Ada Sampai Sekarang

Walaupun udah banyak kampanye tentang kesetaraan gender, stereotip ini masih nempel di masyarakat.

Baca Juga: Mengenal Mooncake Festival: Perayaan Penyembahan Bulan di Tiongkok Sebagai Rasa Syukur Hasil Panen

Contohnya, cowok dibilang harus kuat, berani, dan nggak boleh nangis.

Kalo cowok menunjukkan emosi atau kelembutan, sering banget dianggap lemah.

Sebaliknya, cewek yang tampil berani dan tegas, malah sering dibilang ‘tomboy’ atau nggak sesuai dengan kodrat perempuan.

Baca Juga: Cara Jualan Bola-Bola Sosis Viral, Modal Kecil Untung Besar di Kantin Sekolah

Realitanya, hidup tak bisa dibagi jadi hitam dan putih aja.

Setiap orang punya hak untuk menunjukkan emosi dan kepribadian mereka tanpa dikekang oleh standar gender.

Remaja yang terjebak di dalam stereotip ini jadi merasa bingung dan seringkali tertekan karena harus memenuhi ekspektasi yang nggak sesuai dengan diri mereka.

Dengan terus memperkuat kesadaran tentang pentingnya menghancurkan stereotip gender, kita bisa bantu remaja menemukan jati diri mereka tanpa merasa terbatasi oleh norma-norma yang nggak relevan.***

Penulis: I'shmatul Maula

Sumber: pikr.itera.ac.id

Berita Terkait