Tuesday, Apr 8, 2025
News

Jeritan dan Harapan Anak-anak Pekerja Migran Ilegal Asal Indonesia, Espresi Melalui Puisi Esai

image
(Bisnisabc.com/Kiriman)

Perlu juga diberi catatan. Tidak semua yang menulis puisi esai ini ilegal, dan tak semua yang sekolah di SIKK ilegal

-000-

Pekerja migran ilegal dari Indonesia, datang ke Sabah pada tahun 1970-an. Mereka mengarungi lautan menuju tanah yang mereka anggap lebih memenuhi harapan.

Baca Juga: Bahagianya Casemiro di Man United, Seperti Bocah 15 Tahun

Dengan tekad yang kuat, mereka meninggalkan rumah dan keluarga di Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur. Ke sana, mereka membawa mimpi untuk meraih kesejahteraan di negeri seberang.

Mengapa pergi ke Sabah? Mungkin karena dekatnya jarak geografis. Atau itu karena cerita-cerita tentang ladang kelapa sawit yang luas dan konstruksi yang menjulang tinggi. Atau daya tarik pekerjaan dengan upah yang lebih baik.

Namun, kenyataan seringkali jauh dari harapan. Banyak dari mereka yang terpaksa memilih jalur ilegal. Itu bukan karena mereka ingin. Tapi ini karena birokrasinya yang rumit dan biaya yang tak terjangkau.

Baca Juga: BNI luncurkan kartu TapCash desain khusus NCT 127

Mereka datang dengan kapal-kapal kecil, menghindari tangkapan petugas. Mereka berharap menemukan tempat bekerja dan hidup dengan layak.

Di negeri yang mereka pijak dengan penuh harap itu, kenyataan berbicara lain. Mereka bekerja dalam kondisi yang keras, di bawah kejaran polisi setempat. (2)

Upah yang mereka terima seringkali jauh dari cukup. Tanpa status legal, mereka tidak memiliki perlindungan hukum.

Baca Juga: Podcast Meghan Markle Tidak Akan Dilanjutkan karena Kesepakatannya dengan Spotify Berakhir

Mereka seperti hidup sebagai bayang-bayang, tersembunyi dari pandangan. Mereka bekerja tanpa henti untuk mimpi yang kadang terasa semakin menjauh.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait