DECEMBER 9, 2022
Bisnis

Cegah Krisis Pangan, Pemprov NTB Terapkan Sistem Pertanian Tangguh

image
Salah satu titik areal sawah produktif di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Nirkomala)

BISNISABC.COM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) menerapkan sistem pertanian yang tangguh.

Tujuan Pemprov NTB menerapkan sistem tersebut untuk mencegah ancaman krisis pangan yang timbul akibat perubahan iklim, alih fungsi lahan, hingga pertambahan populasi penduduk.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan pihaknya terus memanfaatkan lahan tidur untuk meningkatkan produktivitas pertanian. 

Baca Juga: Podcast Meghan Markle Tidak Akan Dilanjutkan karena Kesepakatannya dengan Spotify Berakhir

"Bendungan-bendungan baru membuat lahan tidur kini bisa tanami komoditas pangan," kata Taufieq, seperti dikutip dari Antara pada 14 Juli 2024.

Taufieq menuturkan perubahan iklim membuat cuaca ekstrem berupa La Nina dan El Nino menjadi lebih sering terjadi. Fenomena cuaca ekstrem tidak hanya menimbulkan kesulitan air ataupun kelebihan air, tetapi juga meningkatkan jumlah penyakit yang menyerang tanaman pertanian.

Jika sektor pertanian tidak beradaptasi, maka krisis pangan bisa terjadi. Ilmuwan telah menciptakan berbagai benih unggul untuk menghadapi dinamika cuaca yang berubah cepat.

Baca Juga: Hadirkan Andi Muhammad Asrun, Satupena Akan Diskusikan Putusan Bertafsir dari Mahkamah Konstitusi Untuk Keadilan

Pemerintah NTB mendorong penerapan climate smart agriculture atau CSA untuk mengatasi krisis pagan. 

CSA merupakan sistem budidaya pertanian padi yang dilakukan secara intensif mulai dari pengelolaan pupuk, air, benih, hingga pengendalian hama dan penyakit.

Budidaya tanaman padi dengan menggunakan metode CSA selain hemat menggunakan air juga adaptif terhadap perubahan iklim dan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca.

Baca Juga: Profil Hermanto Tanoko Pemilik Avian dan Cleo, dari Latar Belakang Pendidikan hingga Kekayaan

Metode itu mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan secara berkelanjutan, memperkuat daya tahan tanaman terhadap perubahan iklim, dan mengurangi kontribusi pertanian terhadap perubahan iklim.

Selama empat tahun terakhir, NTB terus menorehkan kinerja yang positif dalam hal produksi padi dengan angka yang selalu surplus.

Produksi padi tercatat sebanyak 1,31 juta ton gabah kering giling pada tahun 2020, gabah kering giling meningkat menjadi 1,41 juta ton pada tahun 2021, lalu bertambah hingga mencapai 1,45 juta ton pada tahun 2022, dan menyentuh angka 1,53 juta ton pada tahun 2023.***

Sumber: Antara

Berita Terkait