DECEMBER 9, 2022
Bisnis

BPS Sebut Neraca Perdagangan RI Surplus dengan Nilai Keberuntungan Sebesar 2,39 Miliar Dolar AS

image
Suasana di pelabuhan curah kering di Surabaya, Jawa Timur. (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)

BISNISABC.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus hingga 50 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Berdasarkan data dari BPS, nilai keuntungan neraca perdagangan di periode Juni 2024 sebesar 2,39 miliar dolar AS.

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, surplus dagang yang didapat pada periode Juni 2024, berasal dari nilai transaksi ekspor yang mencapai 20,84 miliar dolar AS, serta impor sebesar 18,45 miliar dolar AS.

Baca Juga: Guna Cegah Inflasi, Pemprov Maluku Gencarkan Pasar Murah 

Ia menyampaikan apabila diperinci berdasarkan kontribusi surplus sektoral, ekspor migas di bulan Juni 2024 sebesar 1,23 miliar dolar AS, dan ekspor nonmigas mencapai 19,06 miliar dolar AS. 

Sementara untuk impor migas di periode yang sama mencapai 3,27 miliar dolar AS, serta impor nonmigas mencapai 15,2 miliar dolar AS.

Menurut Amalia, surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni 4,43 miliar dolar AS, namun keuntungan itu tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas sebanyak 2,04 miliar dolar AS.

Baca Juga: Pemkab Rejang Lebong Targetkan Penerimaan Pajak Daerah Sebesar Rp19,28 Miliar pada 2024

"Selama Januari–Juni 2024 sektor migas mengalami defisit 10,11 miliar dolar AS, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas 25,55 miliar dolar AS, sehingga secara total mengalami surplus 15,44 miliar dolar AS," kata dia, seperti dikutip dari Antara pada 15 Juli 2024.

Lebih lanjut, ia mengatakan tiga negara penyumbang surplus terbesar bagi neraca perdagangan RI di periode Juni 2024 yakni India sebesar 1,47 miliar dolar AS, Amerika Serikat 1,21 miliar dolar AS, serta Filipina 694 juta dolar AS.

Sedangkan negara dengan penyumbang defisit terdalam bagi neraca dagang Indonesia di periode yang sama yaitu China 693,4 juta dolar AS, Australia 331,1 juta dolar AS, dan Thailand 327,8 juta dolar AS.***

Sumber: Antara

Berita Terkait