BIS - 06 Juni 2023 Hijab Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi den"> BIS - 06 Juni 2023 Hijab Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi den"> BIS - 06 Juni 2023 Hijab Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi den"> BISNISABC.COM - bisnisabc.com
DECEMBER 9, 2022
BisnisABC.com

Kisah naik dan turun brand Vanilla Hijab dari modal yang kejam hingga penjualan yang bagus

image
Intan dan Atina pendiri Vanilla Hijab. (Foto: Dok. Gresnia/Wolipop)

BIS - 06 Juni 2023 Hijab Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan brand hijab vanilla dengan warna pastel khasnya. Brand hijab ini mampu menjual ribuan koleksi terbaru dalam hitungan detik. Di balik kisah sukses Vanilla Hijab adalah perjuangan para pendiri brand tersebut, kakak beradik Atina Maulina (Founder) dan Intan Kusuma Fauzia (CEO). Keduanya memulai usahanya berjualan barang dari kota Thamrin. Intan mengatakan, saat Vanilla Hijab diluncurkan pada Maret 2013, Atina saat itu tidak mengenakan hijab. Sementara itu, Intan juga baru mulai mengenakan hijab dan mengaku bengis. “Jadi kita googling berapa panjang jilbabnya, berapa lebarnya, bahan apa yang kita datangi ke kota mayestik atau thamrin setiap hari sepulang dari universitas dan menanyakannya. Sebaliknya kita belajar dari para pedagang ini, apa materinya pak? Bagaimana caramu menjahit?” Ujar Intan saat menjadi narasumber dalam acara Modestalk Business Meet Up & Networking “Strategi Membaca Peluang Bisnis Untuk Menumbuhkan Bisnis” di GoWork Fatmawat, Jakarta Selatan belum lama ini. Seorang perempuan asal Surabaya, Jawa Timur, menuturkan, selama tiga tahun pertama sejak berdirinya Vanilla Hijab, ia dan Atina selalu berjualan hijab segi empat dan hijab pashmina. Intan pun membeberkan alasannya. “Kami telah menjual syal khusus selama tiga tahun, dan kami hanya menjual dua gaya, persegi panjang dan pashmina. Karena kami benar-benar merasa bisa membuatnya di sana, kami ingin menjual pakaian, karena kami tidak bisa mendesain, kami memakainya.” “Kami tidak tahu cara menjahit dan kami tidak tahu cara menjahit. Kami punya kenalan dan latar belakang yang ingin kami mintai tolong dan itu yang akhirnya kami fokuskan,” kenang Intan. Selain menjual hijab, Intan dan Atina juga ingin menjual busana muslim. Di tahun ketiga Vanilla Hijab, mereka mulai mencari tahu cara membuat baju untuk muslimah. “Pada tahun ketiga kami mencoba bertanya: Jika kami ingin menjual pakaian, bagaimana caranya? Lalu hijab tidak langsung produksi sendiri, sistemnya PO. [caption id="attachment_6730" align="alignnone" width="375"] Foto Intan ketika menjadi narasumber di cara Modestalk Business Meet Up & Networking Session, Strategi Membaca Peluang Bisnis untuk Besarkan Usaha, di GoWork Fatmawati, Jakarta Selatan (31/5/2023). (Foto: Gresnia/Wolipop)[/caption] Jadi kami tidak punya modal dan kami mengambil gambar.” Saya melihat berbagai kain di sana dan mengunggahnya ke Instagram. Kalau ada yang tertarik, pertama kita beli BBM dengan dan ada yang beli, lalu kita kembali ke Mayestik untuk beli kainnya. Sebelumnya tidak dijahit, tetapi dipotong. "Kecuali toko Mayestik, yang ini sudah setahun beroperasi dan sudah mengumpulkan modal," kata Intan panjang lebar. Kemudian ibunya mengajak Intan dan Atina untuk berbelanja di Thamrin City. Ibu juga ingin memberikan modal agar usahanya bisa berkembang. Namun, Intan menolak karena belum mengetahui masa depan brand hijabnya saat itu. “Kami belum tahu karena kami masih kuliah dan kesehatan Atina butuh waktu lama untuk pulih dan jangan sampai mengecewakan diri sendiri, yang terpenting kamu bahagia saat belajar.” Baru sebelum punya uang setahun saya berani ke Thamrin City dan Tanah Abang," bebernya. Intan ingat, produk pertama yang dijual Vanilla Clothing adalah rok. Jual hanya satu produk selama setahun. “Kalau ada pelanggan hijab vanilla yang sudah lama sekali, mungkin tahu kalau saya menjual rok payung jersey seharga Rp 95.000 dan hanya mendapat untung Rp 15.000. Saya bawa dia keluar dari toko.” Itu hanya karena sebelum mengambil 50, jumlahnya banyak, jadi dia bisa memilih warna dari daftar. Kami bisa memilih enam warna, masing-masing 50, untuk membiasakan diri dengan konveksi, ”kata Intan. Kemudian Insta mengatakan bahwa Instagram hanyalah platform pemasaran dan pengunggahan produk. Pembelian produk dilakukan melalui Blackberry Messenger (BBM). Sejak tahun keempat, Vanilla Hijab memiliki beragam produk dan hingga saat ini telah membangun tim desain, pola, dan departemen menjahitnya sendiri. Dan Vanilla Hijab memiliki lebih dari 2,4 juta pengikut di Instagram.  Vanilla Hijab tidak hanya menjual produk dan menyelenggarakan fashion show koleksi terbaru, tetapi juga selalu membuat program sosial dan kepedulian terhadap sesama. Intan pun membeberkan sejarah pertunjukan tersebut. “Saya dan Atina ingin hijab vanilla, supaya bisa bermanfaat untuk banyak orang. Apapun yang kita lakukan, sekecil apapun harus berdampak pada lingkungan,” kata Intan. Salah satu program sosial yang mereka jalankan adalah dapat berdonasi ke Rumah Takfidz Jayapura, Papua untuk setiap penjualan produk Vanilla Hijab. Intan menjelaskan rilis terbaru adalah UMKM kit, paket gratis bagi pelaku UMKM untuk memproduksi konten secara maksimal. “Itu ring light ya? Vanilla Hijab, tidak ada sinergi. Kami ingin menantang brand lain untuk takut karena kami tidak mengenal mereka. Sekarang banyak yang dikenal dan transparan. Kami menawarkan konten dari paket." Karena waktu Liv, pas dia jualan fashion, ada ring light, tripod dan kain background sekitar 20 sampai 30 yard untuk produksinya,” terangnya. Di masa pandemi, Vanilla menyediakan pakaian hijab lebaran untuk tenaga medis. Ada juga program setiap tahun dimana pelanggan yang membeli produk dapat membantu membangun sekolah. “Kami memilih sekolah di Kampung Marataw tahun lalu dan sangat membutuhkan bantuan. Kami bekerja dengan organisasi," katanya. [caption id="attachment_6731" align="alignnone" width="480"] Foto Intan dan Atina saat fashion Show Vanilla Hijab Berkonsep Rendezvous. (Foto: Grandyos Zafna/Detikcom)[/caption] “Kami meminta banyak guru dan usta untuk berusaha bermanfaat bagi banyak orang. Kami ingin semuanya transparan apakah kami bahagia atau tidak." Alhamdulillah tidak hanya satu guru yang menjawab, kami tanya hampir 10 ustasi yang menjawab niatnya transparan, insya Allah tidak Riya,” lanjutnya. "Biarkan orang berkomentar bahwa Anda sombong, biarkan orang berpikir bahwa Anda memberi sedekah. Alhamdulillah kami menerima sumbangan dari penjualan jilbab, 500 juta rubel, kami tidak mendapat untung 1 persen. Atina sendiri membawa bantuan ke perbatasan Suriah ketika kami tunjukkan dan serahkan semuanya kepada mereka. Untuk ACT, Atina membawa paket barang dan harus segera menerimanya.  Alhamdulillah itu juga merek besar dengan vanilla dan menginspirasi banyak merek untuk melakukan tujuan baik. Kalau sudah yakin niatnya baik, ya harus dilakukan, pasti ada orang jahat yang bilang, kalau kita niat, Allah mudahkan kita," pungkasnya.   Kisah naik dan turun brand Vanilla Hijab dari modal yang kejam hingga penjualan yang bagus (anr, wdc , bis)

Berita Terkait