Produksi Jagung di Lebak Tembus 5.548 Ton dari Luas Lahan 1.554 Hektare
- Penulis : Imron Fauzi
- Sabtu, 13 Juli 2024 19:46 WIB
BISNISABC.COM - Produksi jagung di Kabupaten Lebak menembus 5.548 ton sejak Januari-Juni 2024 dari luas panen 1.554 hektare.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar terus mendorong petani agar meningkatkan produksi jagung dengan memperluas tanam
Produksi jagung di Kabupaten Lebak kini menjadi andalan ekonomi keluarga petani, karena permintaan pasar cenderung meningkat.
Produksi jagung tersebut kebanyakan ditampung oleh perusahaan ternak di Balaraja, Tangerang.
Produksi jagung jenis hibrida dari Januari-Juni 2024 sebanyak 5.548 ton berbentuk kering, dipastikan menggulirkan perputaran uang miliaran rupiah dengan rata-rata harga Rp7.000/kilogram.
"Kami yakin produksi jagung itu bisa bermuara pada kesejahteraan ekonomi keluarga petani semakin baik,"kata Deni, seperti dikutip dari Antara pada 13 Juli 2024.
Menurut Deni, produksi jagung di Kabupaten Lebak sebagai sentra terbesar di Kecamatan Gunungkencana, Cijaku, dan Banjarsari hingga lebih dari 4.000 hektare.
Petani mengembangkan pertanian jagung dengan sistem tumpangsari bersama tanaman palawija dan tanaman keras di wilayah itu, menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani untuk pemanfaatan lahan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Pemanfaatan lahan tersebut untuk meningkatkan produksi pangan, juga dapat memenuhi permintaan pasar.
Pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Lebak berhasil, setelah adanya program korporasi melibatkan perusahaan ternak unggas yang digagas Pemerintah Provinsi Banten sekitar 10 tahun lalu.
"Kami mendorong pertanian jagung dapat dikembangkan di 28 kecamatan, sehingga dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat," katanya menjelaskan.
Ahmad (55), seorang petani jagung, warga Kecamatan Gunungkencana, Lebak mengaku dirinya menanam pertanian jagung seluas satu hektare bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp25 juta/per panen dengan waktu 90 hari setelah tanam.
Produktivitas jagung hibrida rata-rata 7 ton/hektare dengan harga kondisi kering Rp6.000/kilogram, sehingga jika diakumulasikan bisa menghasilkan Rp42 juta.
Dari pendapatan sebesar itu dipotong biaya upah kerja, pupuk dan benih Rp17 juta, sehingga petani bisa meraup keuntungan Rp25 juta/panen.
"Kami di sini jika panen jagung mencapai ribuan ton dan ditampung oleh perusahaan peternakan di Balaraja, Tangerang," katanya menjelaskan.
Nurdin (60), warga Kecamatan Banjarsari, Lebak mengatakan selama ini pertanian jagung menjadikan komoditas andalan ekonomi masyarakat setempat.
Para petani mengembangkan pertanian jagung hibrida di lahan darat sangat menguntungkan, karena relatif kecil terserang hama maupun organisme penyakit tanaman dibandingkan tanaman padi.
"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga dari pendapatan Rp25 juta per panen dengan tanam seluas satu hektare itu," katanya pula.***