Bisnis ‘Clothing’ Kian Marak Diminati Anak Muda di Semarang
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 08 Februari 2023 09:37 WIB
Bis - 8 Feb 2023 Jualan baju bekas atau toko barang bekas memiliki istilah menarik yang semakin diminati kalangan anak muda di Semarang, Jawa Tengah. Ini juga merupakan solusi untuk mengurangi limbah pakaian. Bukan sembarang pakaian bekas yang dijual. Hanya pakaian bekas yang trendi atau bermerek yang didatangkan langsung dari luar negeri, seperti Korea, Jepang, dan terkadang China. “Kalau bal (satu rol, redaksi) baju, saya suka dari Korea dan Jepang, tapi kadang juga datang dari China,” ujar Zain, pemilik galeri Uniche yang ditemuinya di Markaz Fest Semarang beberapa waktu lalu, berujar . Menjadi. Pakaian bekas diimpor dalam bentuk bal, tidak utuh. Katakanlah sebuah bale berisi sekitar 25 pakaian dengan desain berbeda yang dikemas dalam gulungan. "Kalau mau cari bola bagus harus coba berkali-kali. Kadang 70% bola bagus, 30% ditolak. Begitu juga sebaliknya", ujar pemuda berusia 20-an itu. Bergabunglah dengan pesta tabungan. Toko barang bekas atau festival sering digunakan untuk menghasilkan uang dengan menjual pakaian impor bekas. Sedangkan informasi tentang kegiatan Zain bisa didapatkan dari jejaring sosial dan komunitas. Zain menuturkan, awalnya ia menjalankan bisnis hemat di saat pandemi Covid-19 menyebabkan banyak bisnis yang tutup, sehingga ia berpikir untuk mencari bisnis dengan modal kecil tapi untung besar. Untuk membuka toko barang bekas, Zain mengatakan modal yang dibutuhkan sekitar Rp 4 juta hingga Rp 6 juta. Namun bagian tersulitnya adalah melalui trial and error saat memilih pakaian yang tepat. “Kalau acaranya besar, modalnya besar. Namun, untuk satu potong pakaian biasanya harganya mulai dari Rp 5 juta. Untuk penghasilannya tergantung acara menabung ya kalau besar bisa sampai 5 juta rupiah per hari. Tapi kalau acara kecil-kecilan, minimal dapat Rp 1 juta,” ujarnya. Selain Zain, ada juga Novia Ayu (25 tahun) yang membuka usaha barang bekas bernama Rarepos.co pada tahun 2022. Usahanya berawal dari keinginan untuk mencari penghasilan lebih dan terus berlanjut hingga saat ini. Dalam perdagangan barang bekas, seringkali terdapat sistem khusus penanganan pakaian bekas sebelum dijual kembali. Mulai dari kelayakan sortir, hingga memasukkan cucian ke tempat cucian. Ke depan, Novia yakin bisnis pakaian bekas bermerek tetap menjanjikan, terutama di tahun mendatang. Memang banyak anak muda yang hobi membeli baju bekas daripada harus membeli baru karena harganya yang mahal. Selama ini Novia fokus menjual pakaian bekas secara online melalui media sosial dan e-commerce. Namun, berpartisipasi dalam acara barang bekas untuk penjualan offline bukanlah hal yang aneh. “Untuk penjualan, kami selalu fokus ke web, media sosial. Kalau akhir pekan, kami sering ke event atau car free day (CFD),” kata Novia. (Nes, Rep, Bis)