BIS - 14 Agutus 2023   Maraknya fenomena “street cafe” (pen"> BIS - 14 Agutus 2023   Maraknya fenomena “street cafe” (pen"> BIS - 14 Agutus 2023   Maraknya fenomena “street cafe” (pen"> BISNISABC.COM - bisnisabc.com
DECEMBER 9, 2022
BisnisABC.com

Festival kopi jalanan dianggap sebagai platform untuk mengembangkan bisnis kopi UMKM

image
Dani Ndolops Maulana Founder Ini Indonesia. dan H. M. Ali Affandi La Nyalla M. Mattalitti (mas Andi) Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya. saat berkunjung di Festival Kopi Jalanan (FKJ),(suarasurabayanet)

BIS - 14 Agutus 2023   Maraknya fenomena “street cafe” (penjaja kopi jalanan) di Surabaya dan sekitarnya menarik perhatian “Inilah Indonesia”, sebuah komunitas gerakan pemuda yang menyelenggarakan “Festival Kopi Jalanan (FKJ)”. Digelar di rooftop Terminal Intermoda Joyoboyo Surabaya pada Sabtu hingga Minggu (8-13 Desember 2023), para pedagang kopi jalanan memiliki tempat untuk menyajikan berbagai racikan kopi dengan ciri khas. Acara yang dihadiri sekitar 14 tenant street cafe dan 10 tenant resto dari Surabaya dan sekitarnya ini dinikmati oleh banyak pihak. Salah satunya adalah Bapak Ali Affandi La Nyalla M. Mattalitti, Presiden Kota Surabaya Kadin yang menyempatkan diri mengunjungi FKJ, Sabtu (8/12/2023) malam. “Saya sangat senang dan mengapresiasi festival ini sebagai ajang untuk mendorong para bartender jalanan untuk mengembangkan usahanya, sehingga manfaatnya lebih terasa lagi,” kata Mas Andi, sapaan akrabnya, dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya. bersih. . Sulit, katanya, mengumpulkan barista yang disebutnya seniman kopi jalanan. Karena setiap orang memiliki selera yang berbeda dan penikmat kopi memiliki cita-citanya masing-masing. “Mereka juga berbeda dengan barista. Mereka memiliki karakteristik sendiri, katanya. Ia mencontohkan dari film "Philosofi Kopi", di mana banyak barista jagoan yang dikalahkan barista desa karena benar-benar menyatu dengan cinta pada setiap bijinya. Sayangnya, lanjut Andi, keberadaan warung kaki lima sering dianggap ilegal dan terpinggirkan. Misalnya, skuter kopi Sidoarjo berhenti berjualan di Alun-alun Sidoarjo, sehingga terpaksa pindah ke Jalan Jenggolo. “Nah, kali ini mereka difasilitasi oleh Ini Indonesia untuk menunjukkan kehadirannya karena banyak dari mereka yang dipindahkan dan dideportasi oleh pemerintah,” imbuhnya. [caption id="attachment_11439" align="alignnone" width="300"] festival kopi(suarasurabayacom)[/caption] Menurutnya, berbagai kisah pelaku ekonomi dan barista jalanan bisa digugah dan diilhami. Keberadaan FKJ juga dipandang sebagai salah satu cara untuk menggalakkan UMKM nomaden untuk bergerak di jalanan. “Kadin Surabaya sangat mengapresiasi Pemkot Surabaya yang telah menciptakan kondisi yang kondusif bagi Street Coffee Festival. Dan Insya Allah ke depan, Kadin Surabaya siap bekerjasama untuk menjadi mitra strategis, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat. bergairah 'tentang peningkatan kinerja ekonomi,' katanya. Dalam kesempatan tersebut, Dani Ndolops Maulana, pendiri “Inilah Indonesia”, menyatakan bahwa keinginannya untuk menyelenggarakan FKJ ini bermula dari fenomena baru pasca pandemi, dimana kami menemukan banyak teman Kopi Jalanan perjalanan yang luar biasa. Orang-orang yang sebelumnya kehilangan pekerjaan karena wabah akhirnya muncul ide untuk menjual kopi seduh dengan sepeda motor untuk bersenang-senang. Andi mengatakan mereka tidak banyak terlihat oleh pemerintah dan sering dikejar oleh Satpol PP. Dani Ndolops mengatakan: “Maka akhirnya kami dari Ini Indonesia berinisiatif mendirikan FKJ untuk mensosialisasikan para penggiat kopi jalanannya, agar kedepannya selain meningkatkan ekonomi, mereka lebih aman berjualan karena lebih banyak orang yang sudah mengenal mereka, kata Dani Ndolops. . Dani mengatakan, selama ini Ini Indonesia fokus mendidik generasi muda melalui berbagai kegiatan. Selain menggelar pertunjukan musik, mereka juga kerap menggelar talkshow aktif, termasuk kegiatan FKJ. “Di mana ada Street Coffee Festival, itu pelatihan kita. Faktanya adalah kami melakukan kegiatan untuk menarik anak muda, dan kemudian mereka mendatangi kami untuk memasukkan sesuatu yang positif di sana. Dani Ndolops menjelaskan. Menurutnya, fenomena Street Coffee berbeda dengan fenomena Starbucks Keliling di Jakarta. Jika jalak identik dengan kopi instan, maka street coffee lebih identik dengan kopi buatan barista. “Kami berharap dengan adanya FKJ, mereka semakin dikenal dan diapresiasi sehingga usahanya semakin berkembang,” pungkasnya.  (Dil,ssb,bis)

Berita Terkait