BI Tebar Insentif buat Bank yang Rajin Kasih Kredit, Segini Jumlahnya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 10 Agustus 2023 09:00 WIB
Bis - 10 Agustus 2023 Perbankan yang memberikan kredit atau pembiayaan ke sektor-sektor prioritas akan menerima insentif likuiditas makroprudensial (KLM) terbaru dari Bank Indonesia (BI). Ini memberikan insentif dengan menurunkan setoran giro wajib minimum (GWM) dari 9% yang saat ini berlaku. Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 Oktober 2023, menurut Solikin M. Juhro, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI. Peningkatan dari 2,8% sebelumnya, total penetapan besaran insentif paling besar adalah 4 persen. "Kalau dia banknya rajin semua sektor dibiayai, nanti GWM nggak perlu memenuhi 9%, tinggal dikurangkan saja," kata Solikin dalam Taklimat Media di kantornya, Jakarta, Rabu (9/8/2023). Empat sektor dapat dianggap sebagai prioritas untuk kredit. Yang pertama adalah hilirisasi mineral, yang mencakup nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas, perak, aspal buton, dan batu bara. Bank di sektor hilirisasi minerba harus mampu meningkatkan kredit sebesar 3-7% untuk mendapatkan potongan GWM sebesar 0,2%. Jika mereka dapat menyalurkan lebih dari 7%, mereka akan mendapatkan insentif sebesar 0,3%. Ini juga berlaku untuk industri hilirisasi non-mineral lainnya, seperti tanaman pangan seperti padi, cabai, dan bawang; tanaman perkebunan CPO dan tebu; dan perikanan dan peternakan. Jika perbankan mampu meningkatkan kredit sebesar 3–7%, mereka akan menerima insentif potongan GWM sebesar 0,6%, dan potongan 0,8% jika mereka mampu meningkatkan kredit lebih dari 7%. Jika kredit tumbuh antara 3 dan 7%, perbankan akan menerima insentif potongan GWM 0,5% untuk sektor perumahan seperti KPR, KPA, konstruksi gedung tempat tinggal, dan real estate tempat tinggal. Jika kredit mampu tumbuh lebih dari 7%, perbankan akan menerima insentif potongan 0,6%. Pariwisata, yang mencakup akomodasi, makanan, dan minuman, adalah bisnis terakhir yang harus diprioritaskan. Jika kredit tumbuh dari 3 hingga 7%, ada insentif sebesar 0,25%, dan insentif sebesar 0,3% jika tumbuh 7%. Selain itu, ada insentif likuiditas pembiayaan inklusif, yang memiliki besaran insentif 0,1% hingga 1% jika rasio pembiayaan inklusif makroprudensial (RPIM) mampu mencapai lebih dari 10 hingga 50 persen. Ada juga insentif untuk ulta mikro atau UMi 0-3%, yang memiliki besaran insentif 0,3-0,5%. Terakhir, insentif likuiditas makroprudensial untuk pembiayaan hijau memberikan potongan GWM sebesar 0,3-0,5% untuk mereka yang mampu memberikan pangsa kredit atau pembiayaan mereka di sektor lingkungan sebesar 0–5 persen. Diharapkan peningkatan kredit dengan kebijakan ini sekitar 0,6-0,7% dari baseline. Pertumbuhan kredit pada tahun 2023 sendiri diperkirakan sekitar 9–11%. "Dari evaluasi kita terbukti bahwa insentif ini berdampak positif ke penyaluran kredit," ucap Solikin. BI Tebar Insentif buat Bank yang Rajin Kasih Kredit, Segini Jumlahnya (Fa, Dtk, Bis)